Troublemaker in Love

Poetry Alexandria
Chapter #8

Si Cantik Bernama Flora

Joana meneguk habis minuman dingin yang diberikan Ilus padanya dengan sekali minum saja. Dadanya serasa mau meledak menahan amarah yang telah ditahannya sejak kemarin. Wajahnya merah padam sementara napasnya terengah-engah seperti habis lari marathon 1000 meter.

"Lo masih mau minumannya?" Ilus bertanya pelan sembari menyodorkan 1 botol minuman dingin lagi pada gadis yang ditaksirnya sejak setahun lalu itu.

Joana menerimanya, tapi tidak langsung membukanya. Ia mencoba mengatur napas diantara gemuruh jantungnya yang berdebar keras. "Makasih ya, Lus!"

Ilus hanya tesenyum simpul. Senang bisa memberikan sesuatu yang dibutuhkan pada gadis yang disukainya.

"Ciee ... Ilus mesem-mesem tuh, Jo. Kayaknya entar malem dia nggak bisa tidur mikirin lo." Meitha meledek Ilus yang masih tersipu di samping Joana.

Joana cuma tersenyum. Emosinya sudah agak mereda. Ia menatap Ilus dengan perasaan tidak enak karena selama ini tak pernah bisa membalas perasaan temannya itu. Ilus cowok yang baik dan kalem. Hanya saja ia kurang pandai dalam pelajaran dan terkesan lamban.

"Terus sih Lefrand lo apain, Jo?" tanya Dio yang membuat Joana tersentak.

"Gue jewer kupingnya sampe melar deh tuh kuping. Kesel banget gue sama dia. Dari kemaren seneng banget liat gue sengsara." Joana membuka botol minumannya yang kedua, lalu menenggaknya hingga tersisa separuh.

Teman-temannya tergelak mendengar ceritanya. Mereka seperti biasa sedang berkumpul di basecamp favorit mereka, saling bertukar informasi, cerita atau sekedar curhat.

"Udah gue bilang, sebaiknya tuh anak kita hajar rame-rame," kata Aidi sambil menghisap sebatang rokok mild di tangannya.

"Iya, bagusnya tuh cowok dihajar biar tahu rasa! Tapi, pasti gue yang bakal mampus nanti dihukum sama bokap gue," sahut Joana muram.

"Mungkin Lefrand begitu karena masih dendam sama kita," komentar Meitha, mengupas kacang kulit yang dibawa oleh Dio tadi.

"Mungkin aja." Ilus menimpali sambil mengendikkan bahunya yang gempal.

"Tapi jujur sih, dia tuh cakep loh. Keren, tinggi dan senyumnya manis." Meitha menengadah, membayangkan wajah Lefrand di otaknya. "Tipe gue banget lah pokoknya."

Dio refleks mengetuk jidat Meitha menggunakan botol minuman karena gemas. "Eh, lo centil banget sih! Inget dia itu musuh kita!"

Meitha menggerutu sambil mengusap jidatnya yang kena pukul. "Sakit tau! Yang kemarin aja masih ada bekasnya, sekarang lo pukul lagi!"

"Lagian lo jadi cewek ganjen banget! Nggak bisa liat cowok cakep dikit, iler lo langsung netes!"

Meitha mendengkus marah. "Apa urusannya sama lo? Lo sendiri aja punya cewek segudang, emangnya gue peduli!" balasnya telak. "Sekali pacaran sampe 5 cewek. Buaya banget lo!"

Dio menyeringai, "Seenggaknya, kalo cowok punya pacar banyak itu wajar. Lah, elo tuh cewek. Pacar gonta-ganti mulu kayak piala bergilir!"

"WHAT?!" Meitha bangkit dari duduknya, merasa tersinggung. Diambil botol minum Joana yang berada di dekatnya, lantas mengguyur kepala Dio hingga basah. "Maksud lo apa ngatain gue piala bergilir!"

Dio ikut bangkit. Cowok itu menatap bajunya yang basah dengan terbelalak. Lalu, melotot marah pada Meitha. "Itu kenyataan kalo lo kayak piala bergilir!"

Joana menahan napas melihat dua teman dekatnya adu mulut. Maksud hati ingin menenangkan pikiran, malah harus terlibat perkelahian temannya disini.

"Guys, please ... Jangan berantem." Joana berusaha menenangkan mereka. Ia melirik Aidi dan Ilus yang cuma diam memperhatikan sambil makan kacang.

Aidi angkat bahu saat Joana menggerling padanya. Dan akhirnya Ilus mencoba menarik Dio menjauh dari Meitha agar perkelahian tidak semakin panas.

Dio menepis tangan Ilus dari tubuhnya, kemudian menepuk-nepuk bajunya yang basah terkena siraman air. "Sialan!" rutuknya kesal.

"Lo yang sialan!" balas Meitha jengkel. "Lagian mau gue gonta-ganti cowok juga itu bukan urusan lo. Lo pacaran sama siapapun juga gue nggak peduli!"

"Gue cuma nggak suka lo muji-muji Lefrand mulu!" Dio mendelik.

"Emang kenapa? Lo cemburu?" ejek Meitha.

Lihat selengkapnya