Troublemaker in Love

Poetry Alexandria
Chapter #9

Perjanjian

Joana memandangi Lefrand yang duduk di depannya tanpa bicara sepatah pun. Sejak peristiwa tendangan hebohnya—ya, heboh sekali. Semua orang di sekolah menertawai mereka berdua, terutama Lefrand yang terkena tendangan maut tersebut—Lefrand jadi ngambek padanya. Tidak mau bicara atau menatapnya sama sekali.

Joana agak merasa bersalah. Dia sampai takut kalau-kalau terjadi sesuatu pada bagian yang terkena tendangan di tubuh Lefrand. Pasti sakit sekali 'kan? Soalnya Joana menendangnya cukup kuat karena terbawa emosi.

Tapi ini bukan salah gue. Salah dia sendiri kenapa terus-terusan gangguin gue, batinnya membela diri. Namun, tetap saja rasa bersalah itu terus menghantui pikiran dan membuatnya tak nyaman.

Mereka berdua sedang makan malam di rumah. Joana terus-terusan melirik Lefrand yang makan dalam diam. Setiap kali pandangan mereka bertemu, cowok itu membuang muka sambil cemberut.

"Frand!" Akhirnya ia menyerah, "Gimana keadaan lo?"

Lefrand meliriknya sebentar seraya mengunyah nasi di mulutnya tanpa suara. "Gimana apanya maksud lo?"

Joana menggigit bibirnya, bingung bagaimana harus menjelaskan. "Itu ...." Ia memonyongkan bibirnya dan memberi kode menggunakan kedua matanya.

"Itu apa?" Lefrand tak mengerti.

"Selangkangan lo!" Akhirnya Joana mengucapkan kata itu. "Gimana keadaannya?"

Seketika air muka Lefrand berubah lesu. Joana jadi tambah cemas takut cowok itu kenapa-napa gara-gara dirinya.

"Lo tau, Jo. Lo boleh pukul gue dimana aja, tapi kenapa lo harus merusak masa depan gue?" katanya sedih.

"Maksud lo? Gue rusak masa depan lo?" ulang Joana tak mengerti.

"Jo, yang lo tendang itu adalah masa depan gue. Masa depan dunia akhirat bagi seorang cowok. Gue hampir kehilangan masa depan gue yang berharga itu gara-gara lo!"

Mau tidak mau, Joana terbahak-bahak mendengarnya.

"Lagian lo sendiri kenapa seneng banget gangguin gue? Sampe bikin gue jatuh di depan banyak orang."

"Gue cuma iseng. Gue nggak nyangka lo bakal bales gue dengan cara itu."

"Emang sakit banget gitu rasanya?"

"Coba lo benturin kepala lo ke tembok."

Joana mengerutkan alis. "Kenapa lo nyuruh gue melakukan hal sebego itu?"

Lihat selengkapnya