Suara musik disko berdentum-dentum ketika Joana dan Lefrand sampai ke tempat club milik Mona, sepupu Meitha yang merayakan sweet seventeen-nya malam ini. Meitha, Dio, Ilus dan Aidi langsung menyambut kedatangan mereka.
Meitha tampak cantik dan sexy sekali dengan mini dress-nya. Sementara anak-anak cowok: Aidi, Dio dan Ilus tampil casual. Rambut Aidi yang agak ikal dan mulai gondrong disisir rapi ke belakang menggunakan pomade, sedangkan Ilus terlihat lebih kalem dengan setelan kemejanya.
"Hei, akhirnya kalian datang juga!" seru Meitha girang dengan kedatangan Joana dan Lefrand.
Sebetulnya, Meitha tadi berniat menjemput Joana di rumah. Tapi, karena Lefrand memaksa ikut, terpaksa Joana pergi bersama cowok itu.
"Kalian rapi banget. Keren deh malem ini!" Joana memuji penampilan keren keempat sahabatnya.
"Kamu juga, Jo. Kamu cantik banget malem ini!" Ilus balas memuji sambil tersipu malu.
Meitha, Dio dan Aidi kompak ber-cie-cie meledek mereka berdua. Ilus tampak mesem-mesem menahan malu sementara Joana cuma tersenyum geli.
"Cihh, cantik apaan! Biasa aja!" cibir Lefrand tiba-tiba sambil memutar bola mata. Ia berdiri di samping Joana, memasang ekspresi menjengkelkan.
"Rese lo!" Joana langsung menyikutnya dengan kesal.
Cowok itu mendengkus dan mengusap-usap dadanya yang terkena sikutan.
Tepat saat itu, sepupu Meitha yang bernama Mona datang menghampiri mereka. Cewek itu sekilas hampir mirip dengan Meitha. Sama-sama berkulit putih, cantik dan sexy. Hanya saja, Meitha sedikit lebih langsing dari Mona.
Tampilan mereka pun agak berbeda. Meitha banyak menggunakan piercing di area telinga, hidung dan lidahnya. Sementara Mona terlihat lebih funky dengan gaya rambut yang di-highlight warna pirang.
Mona mengenakan gaun pendek berbahan brukat warna pastel. Rambutnya yang lurus sebahu dibiarkan terurai.
"Halo, guys!" sapanya ramah, "Thank's, ya udah mau dateng ke party gue."
Mereka semua melambaikan tangan dan tersenyum pada Mona.
"Oh ya, guys! Kenalin ini sepupu gue Mona. Yang punya acara malam ini." Meitha memberitahu, lalu berpaling pada Mona, "Mon, ini sobat-sobat gue yang gue ceritain. GenkThe Rebels."
Mona tersenyum, lalu mengulurkan tangan untuk berkenalan. Joana, Dio, Ilus dan Aidi menyambutnya sambil menyebutkan nama masing-masing.
"Kalo ini siapa?" Mona menatap Lefrand penasaran.
"Oh, ini tamu nggak diundang. Ketemu di depan tadi dia maksa masuk ke dalem," jawab Joana asal yang membuat Lefrand melotot padanya.
"Oh, nggak kok. Gue Lefrand. Gue ke sini karena disuruh bokapnya buat jaga dia. Maklum Joana ini suka bikin aneh-aneh di pesta orang." Lefrand cepat-cepat menyela.
"Maksudnya?" tanya Mona tak mengerti.
"Nggak kok. Lefrand ini juga temen kita. Jadi diajak aja ke sini, gabung ke pesta lo," Meitha menjelaskan. "Jangan dengerin mereka berdua. Mereka tuh pacaran, tapi lagi berantem."
"Pacaran?" teriak Lefrand dan Joana bersamaan, lalu kedua orang itu saling memandang jijik satu sama lain.
"Males banget gue pacaran sama lo. Kayak nggak ada cewek laen aja!" ejek Lefrand kejam.
"Gue juga amit-amit mau sama cowok ngeselin kayak lo!" balas Joana sengit.
Lalu, kedua orang itu kembali saling membelalakkan mata satu sama lain sementara Mona terperangah.
"Udah ah, kalian tuh kalo ketemu berantem mulu. Kita ke bawah aja, yuk. Dance," ajak Meitha pada yang lain.
"Kalian ke sana aja duluan. Gue masih mau nyambut tamu dulu," kata Mona mempersilakan mereka.
Joana berjalan mengikuti Meitha yang sudah lebih dulu turun ke lantai dansa, diikuti Dio, Aidi dan Ilus. Suasana pesta sudah ramai sekali dengan tamu-tamu yang hadir.
"Nanti kita dance bareng ya, Jo," kata Ilus pada Joana sambil tersenyum simpul.
Joana nyengir, lalu mengangguk. "Oke ...."
"Eh, mau kemana lo?" Tiba-tiba Lefrand menarik rambut Joana dari belakang.
Gadis itu tersentak dan menghentikan langkah, kemudian ia berbalik sambil meraih rambutnya yang sudah dikuncir rapi dari tangan Lefrand.
Joana merengut sambil mengurai rambut panjangnya yang berantakan dan menguncirnya kembali dengan rapi.
"Frand, plis deh. Tolong jangan ganggu gue bisa nggak?" protesnya kesal.
Lefrand melipat tangannya ke depan dada. "Gue nggak izinin lo ke sana," katanya, menggerling ke arah gerombolan muda-mudi yang tengah asyik berjoget ria diiringi musik disko dan lampu temaram yang berkelap-kelip, membuat mata sakit melihatnya.
"Lo mah nggak asyik. Kalo lo nggak mau ke sana, kenapa harus ngelarang-larang gue?" Joana memutar bola mata, berniat berjalan kembali menuju tempat itu. Tubuhnya sudah tidak tahan ingin ikut dengan teman-temannya yang sudah menari riang di sana.
Meitha dan Dio terlihat sedang joget sambil berangkulan mesra. Tapi, langkahnya lagi-lagi terhenti karena Lefrand kembali menarik rambutnya.
Dengan kesal, akhirnya Joana menginjak kaki Lefrand menggunakan sepatu high heels-nya. Cowok itu sontak berjingkat-jingkat menahan sakit. Matanya membelalak menatap Joana. Joana balas menyeringai. Namun, tanpa sengaja sudut matanya menangkap seseorang yang baru saja masuk ke dalam ruangan ini.
Flora terlihat berdiri tak jauh dari mereka dan Mona serta merta menyambutnya dengan akrab.
"Frand, itu Flora 'kan?" Joana memberitahu Lefrand yang masih berjingkat-jingkat menahan sakit.