Troublemaker in Love

Poetry Alexandria
Chapter #14

Rival.

"Frand, makasih ya udah anterin aku. Maaf, kalau ngerepotin kamu," ujar Flora begitu mobil Lefrand sampai di depan sebuah bangunan berpagar besi.

Flora buru-buru turun dari dalam mobil, bahkan sebelum Lefrand sempat menyahut ucapannya. Setengah berlari, ia memasuki bangunan berlantai dua dengan halaman luas dan ditumbuhi pepohonan asri tersebut. Lefrand membaca plang besar yang tertancap di dekat pagar besinya sembari turun dari dalam mobil.

Panti Asuhan

Kasih Bunda

Kening Lefrand berkerut. Matanya memicing memperhatikan sekeliling bangunan itu dengan saksama. Ada beberapa anak berusia sekitar 7-8 tahunan sedang berkumpul di dekat beranda rumah tersebut. Ia pun mempercepat langkah menyusul Flora yang lebih dulu masuk ke sana.

"Non Flora!" seru seorang perempuan berhijab, tergopoh-gopoh menghampiri Flora dengan wajah antusias.

"Iya, Bu Restu. Maaf, saya terlambat. Gimana keadaan Faris, Bu?" tanya Flora pada perempuan paruh baya itu. Flora biasa memanggilnya dengan sebutan Bu Restu, pengelola panti asuhan ini.

"Badannya masih panas dan tadi dia sempat mimisan. Ayo, kita masuk ke dalam," kata Bu Restu sambil mendahului Flora masuk ke dalam rumah.

Flora dan juga Lefrand serta-merta mengikuti wanita itu. Mereka berjalan cepat menyusuri lorong yang menghubungkan ruang tamu dengan ruangan lain. Banyak anak-anak berbagai umur di sini. Mungkin berjumlah sekitar dua puluhan anak. Mereka selalu tersenyum lebar atau bersorak gembira ketika melihat Flora. Lefrand menduga, pasti anak-anak di sini sudah kenal dekat dengan Flora.

Flora juga ramah menyambut semua anak-anak itu, sesekali ia mengusap kepala mereka dengan penuh kasih sayang.

Bener-bener cewek idaman. Lefrand tak dapat menyembunyikan rasa kagumnya pada Flora. Sepanjang mereka berjalan, tatapannya tak luput sedetik pun dari wajah gadis itu, seolah ada magnet yang menarik netranya untuk terus terfokus pada wajah jelita Flora. Flora sangat mengagumkan.

Lefrand yang sedang mabuk kepayang, sama sekali tak memperhatikan jalan, hingga ia tanpa sengaja menabrak sebuah tiang menjulang di tengah ruangan yang ia lewati.

"Shit!" umpatnya sambil menggosok-gosok dahinya yang terbentur. Rasa berdenyut seketika menyerang.

Flora dan Bu Restu sontak menoleh padanya dengan heran.

"Kenapa, Frand?" tanya Flora sambil menatapnya bingung.

Lihat selengkapnya