"Anak-anak, ini hasil ulangan matematika kalian kemarin!" kata Pak Tobing sebelum mengakhiri kelas pagi ini. Di mejanya sudah terdapat setumpuk kertas ulangan yang beberapa hari lalu diadakan. Beliau mengumumkan nilai terbaik didapat oleh Lefrand dengan sempurna. Semua orang tentu saja bertepuk tangan sambil berseru kagum.
Lefrand maju ke depan sembari tersenyum bangga mengambil kertas ulangannya. Joana menatap cowok itu sambil mencibir, meski dalam hati sedikit kagum juga. Ia tak menyangka kalau Lefrand ternyata sepintar itu.
Hampir sepuluh anak yang mendapat nilai jelek dan harus mengikuti remedial minggu depan, Joana dan Meitha termasuk di dalamnya. Namun, yang lebih menyebalkan adalah nilai Joana paling buruk di antara semua orang. Ia satu-satunya yang mendapatkan nilai nol. Pak Tobing sampai memberinya ceramah beruntun supaya gadis itu lebih banyak belajar atau ia bisa-bisa tidak lulus jika terus seperti ini.
Joana menunduk dengan raut cemberut di bangkunya, sedangkan Lefrand terus-terusan menertawai kebodohannya sampai ia merasa geram sendiri. Selesai berceramah, Pak Tobing menutup pelajaran dan segera keluar kelas diiringi bel istirahat berbunyi.
"Ya Allaahhhh! NOL! Lo ngerjainnya sambil tidur apa sambil ngelindur sih, Jo?" Lefrand menunjuk kertas ulangan Joana dan terbahak-bahak.
"Berisik lo!" bentak gadis itu sambil melotot.
Lefrand tak peduli. Tawanya kian keras karena merasa lucu. Mimik muka Joana yang merah padam antara jengkel dan malu semakin membuat cowok itu senang.
Dengan kesal, Joana menarik telinga Lefrand hingga cowok itu terperanjat kaget. Tawanya langsung lenyap, berganti dengan lenguhan kesakitan. "Sialan! Sakit tau!" omelnya.
Joana tak menjawab, hanya menatapnya dengan tatapan setajam silet.
Lefrand menyeringai. Namun, sedetik kemudian ia kembali tertawa. Diraihnya kertas ulangan Joana sambil berkata kejam, "Kasih tau bokap lo nilai ulangan ini, pasti lo langsung dibeliin motor Ninja."
Joana ingin sekali meremas muka Lefrand yang benar-benar menyulut emosinya. Lefrand cepat-cepat bangkit berdiri membawa kertas ulangan itu ke depan kelas dan Joana refleks mengejarnya.
"Kembaliin kertas ulangan gue!" teriak Joana.
Lefrand melambai-lambaikan kertas tersebut dan berhasil menarik perhatian anak-anak lain yang masih berada di sana. Meitha geleng-geleng kepala melihat kelakuan Joana dan Lefrand yang seperti anak anjing dan kucing. Gadis itu berkali-kali memanggil Joana untuk mengajaknya ke kantin, tetapi Joana masih terfokus pada Lefrand.
Sekarang kedua remaja itu sedang berkejaran berebutan sebuah kertas. Lefrand yang bertubuh lebih tinggi dari Joana, sengaja mengangkat kertas itu tinggi-tinggi ke atas dan Joana berjingkat-jingkat berusaha meraihnya. Cowok itu mengancam akan memerkannya ke semua orang kalau Joana tidak mengambilnya. Itung-itung sebagai bentuk balasan kepada kelakuan Joana yang membuang barang-barang dalam tasnya ke lantai tadi pagi.