Troublemaker in Love

Poetry Alexandria
Chapter #20

Pesona si Gadis Malaikat.

"Soal kemarin aku minta maaf ya, Frand ...," gumam Flora seraya menatap lurus pada Lefrand yang duduk di sampingnya.

"Kenapa kamu minta maaf?" tanya Lefrand bingung.

"Aku nggak enak sama kamu. Aku pergi begitu aja padahal ngajak kamu berangkat sama-sama," jelas gadis cantik itu.

"Oh, udahlah. Nggak papa." Lefrand mengibaskan tangan, berusaha bijak. Ya, walau dalam hati masih merasa dongkol dengan peristiwa kemarin, tapi setidaknya ia sudah puas karena bisa balas dendam, meskipun dengan cara sedikit ... kotor.

"Kamu nggak marah?"

"Nggak. Santai aja, Flo."

Flora tersenyum lega. "Syukur deh. Aku takut kamu marah sama aku. Sampe bikin aku kepikiran terus ...."

"Eh, kamu mikirin aku?" Lefrand bertanya polos.

Flora mengangguk, tapi kemudian buru-buru meralat. "Maksudnya aku nggak enak ninggalin kamu kemarin, jadi kepikiran. Soalnya aku paling nggak bisa buat orang lain merasa kesal atau marah sama aku."

Oh, wow! Lefrand tak bisa menyembunyikan kekagumannya. Betul-betul menawan banget, 'kan cewek di hadapannya ini? Ingin sekali Lefrand mengusap kepala Flora dan berkata dalam nada bangga bahwa nggak ada yang perlu dikhawatirkan gadis itu. Bahwa dirinya adalah cowok berhati lapang. Walaupun, yah ... walaupun ... kemarin ia melakukan hal yang nggak terpuji, tapi hei! Kalau diingat-ingat lagi itu bukan perbuatannya, 'kan? Itu perbuatan Joana. Ia cuma ikut-ikutan karena terbawa pengaruh sesat cewek bengal itu.

"Udahlah, Flo. Aku nggak apa-apa. Jadi gimana keadaan Faris? Apa dia udah baik-baik aja?" Lefrand berusaha santai.

"Faris udah agak membaik. Tapi, keadaannya masih belum bisa pulih seperti sedia kala. Kelihatannya dia akan lama dirawat di rumah sakit."

"Memangnya Faris sakit apa, Flo?"

Flora mendesah. Ekspresi jelitanya berubah sendu. "Sakit leukimia, Frand. Kasihan sekali sama anak itu. Dia yatim piatu dan nggak punya siapa-siapa. Terus dia malah terkena sakit parah sejak dua tahun lalu, padahal dia masih kecil."

Tatapan Flora menerawang memandangi pepohonan di hadapan mereka. Lefrand mau tidak mau ikut merasa sedih mendengarnya. Kadang-kadang tanpa kita sadari masih banyak orang-orang bernasib malang atau kurang beruntung di sekeliling kita dan kita justru seringkali merasa tidak bersyukur.

"Well, turut berduka cita kalau begitu, Flo ...," kata Lefrand lirih.

Flora menatapnya dan tersenyum. "Terima kasih, Frand. Doain dia cepet sembuh, ya. Dia adalah salah satu dari sekian banyak anak-anak kurang beruntung di dunia ini. Aku selalu berharap bisa punya banyak tangan untuk membantu mereka."

Lihat selengkapnya