Troublemaker in Love

Poetry Alexandria
Chapter #21

Hukuman.

Joana menghitung lembaran uang di tangannya dengan serius. Sudah terkumpul hampir tiga juta lebih. Itu adalah uang yang ia dan teman-temannya kumpulkan seminggu belakangan untuk melunasi hutang Lefrand. Jika sudah lunas otomatis Joana bisa terbebas dari penindasan Lefrand yang menyebalkan.

"Jadi bener hutang kita dipotong lima puluh persen sama si Lefrand?" tanya Dio sambil menghisap rokoknya dalam-dalam.

Joana mengangguk dan memasukkan uang tersebut ke dalam dompetnya. "Iya. Kemarin gue bantuin dia dan imbalannya hutang kita dapet potongan 50%."

"Emang lo bantuin dia apaan sih? Pantesan lo sampe nggak jadi nongkrong sama kita kemaren." Meitha berkata, duduk menyandar pada bahu Dio sambil menghisap permen lolipopnya. Mereka saat ini sedang berada di basecamp tempat mereka biasa berkumpul.

"Iya, dia maksa gue ikut," jawab Joana sembari membuka bungkusan kacang atom yang tadi dibelinya di kantin.

"Emang siapa yang sakit?" tanya Ilus penasaran.

Joana mengendikkan bahu, sibuk mengunyah kacang di mulutnya. "Nggak tahu. Gue sama dia nggak jadi ke sana."

"Terus kalian kemana? Jalan-jalan?" Meitha menatap Joana sambil menyipitkan mata.

Joana mengerucutkan bibir. Teringat akan peristiwa pembocoran ban mobil Rakha kemarin yang membuatnya meringis. Ia tidak mungkin menceritakan pada mereka, 'kan? Yang ada pasti mereka bakal tertawa. "Lefrand ngajak gue makan bakso."

Ucapan Joana membuat teman-temannya tersentak.

"Gue bingung deh. Lo sama Lefrand apa nggak aneh?" gumam Meitha.

"Maksudnya?" Joana melempar kacang atomnya ke atas sementara ia menengadah di bawahnya dan—hup, masuk!

"Ya, maksudnya kalian tuh sering banget berantem kayak anak kecil, terus kalian tinggal satu rumah, satu sekolah, sebangku lagi. Eh, kalian kadang-kadang akur lagi. Lo yakin nggak naruh rasa gitu sama dia? Secara dia juga cakep 'kan mukanya."

Ucapan Meitha membuat Joana tersedak. Buru-buru ia mengambil air mineral di dekatnya dan langsung meminum sampai tandas. Ilus dengan baik hati menepuk-nepuk punggung Joana lembut. Sementara Dio dan Aidi tergelak.

"Apaan sih lo! Ngaco!" sergah Joana cepat-cepat dengan wajah merah padam.

Meitha menegakkan tubuhnya dan menggeleng. "Gue nggak ngaco. Gue cuma merasa kalian berdua tuh aneh. Kalo lo deket-deket sama dia kayak gini terus, kalian bisa jatuh cinta beneran loh. Inget kata pepatah yang bilang: jarak antara benci dan cinta itu tipis banget."

Joana memutar bola mata. "Lefrand itu naksir Flora."

"Hah? Gila! Cowok-cowok napa pada bucin semua sama Flora sih?" Meitha berdecak sebal.

"Buktinya aku nggak 'kan sayang?" Dio langsung merespon sambil mencubit pipi Meitha lembut.

Meitha cemberut. "Tapi, pacar kamu banyak. Itu cewek-cewek kamu kemarin udah diputusin belom?"

"Udah dong," kata Dio sambil tersenyum. "Demi kamu sayang ...."

Meitha langsung memukul bahu Dio dengan gestur manja dan keduanya terkikik geli. Joana yang melihat pemandangan itu merasa mual. Sudut matanya menatap Aidi yang terlihat kalem tak banyak bicara sejak tadi. Joana ingin tahu tanggapan Aidi karena cowok itu juga naksir Flora dari mereka masih kelas X.

Joana tidak ingat persisnya bagaimana Aidi bisa menyukai Flora. Namun, setahunya hal itu berawal waktu Aidi ketauan merokok di dekat gudang belakang sekolah bersama Ilus dan juga Dio. Saat itu gengs The Rebels baru terbentuk. Ilus dan Dio berhasil meloloskan diri, sedangkan Aidi tertangkap dan dihukum oleh Kepala Sekolah dengan cara dijemur di lapangan. Hari itu tiba-tiba turun hujan dan membuat Aidi kehujanan. Flora yang melihat hal itu, merasa kasihan padanya, lalu berinisiatif memberikan payung agar Aidi tidak terlalu basah terkena hujan. Sejak saat itu, Aidi memantapkan hatinya untuk selalu setia mencintai Flora.

Flora ... ya, dia memang definisi sosok malaikat sejati. Di samping wajahnya yang cantik, hatinya pun sangat mulia. Joana sendiri tak memungkiri hal itu.

Lihat selengkapnya