“Kita mau ke mana, Pa?”
Arga Jayadi menoleh ke kursi belakang. Kedua putrinya duduk dengan manis di kursi penumpang, terikat pada sabuk pengaman masing-masing. Mereka mengenakan pakaian bepergian terbaik dan tampak cantik dengan rambut tertata rapi dan wajah berseri-seri.
“Pokoknya, hari ini kita akan pergi ke suatu tempat yang sudah lama ingin kita kunjungi,” sahut Ella Jayadi—istri Arga. Ia menyentuh lengan suaminya sambil mengedipkan mata. “Papa sengaja mengambil cuti untuk membawa kita bermain hari ini.”
Arga tersenyum lebar. Ia memegang kemudi setir dengan tangan kanan dan mengulurkan tangan kiri untuk menggenggam tangan Ella. Ia mendengar si bungsu yang baru berusia enam tahun berdendang pelan, menyanyikan nina bobo untuk boneka beruang kesayangan yang selalu dibawanya ke mana-mana.
“Asyik,” sorak si sulung. “Kita sudah lama tidak jalan-jalan. Aku ingin membeli pita rambut yang cantik-cantik, ya, Ma? Boleh, Pa?”
“Tentu, Sayang. Pokoknya hari ini kalian boleh membeli apa saja yang kalian sukai dan makan apa saja yang kalian inginkan. Mama juga boleh belanja sepuasnya,” sahut Arga riang.
“Wah, Papa banyak uang, ya?” celoteh si bungsu sambil bertepuk tangan.