Plakk!
Seorang gadis berbadan tinggi menjadi sorotan mata orang-orang yang berada di cafe. Gadis itu menampar keras lelaki di hadapannya. Membuat mereka menjadi tontonan penghuni cafe.
"GUE SUMPAHIN LO NGGAK LAKU SEUMUR HIDUP!"
Plakk!
Satu tamparan kembali melayang ke arah lelaki tersebut. Membuat orang-orang cafe terbelalak sambil menepuk-nepuk tangan mereka.
"BISA-BISANYA LO SELINGKUH DARI GUE! DASAR COWOK BRENGSEK! KITA PUTUS!" teriak gadis itu langsung bergegas keluar cafe.
Lelaki yang sadar menjadi sorotan mata semua orang langsung bergegas keluar dari cafe sambil memegang pipinya yang siap memar.
"Uwoowwww!" serempak semua orang di cafe. Mereka menggelengkan kepala, takjub dengan drama tersebut.
Sementara itu, terdapat dua pasang remaja yang duduk di bagian pojok, mereka juga takjub dengan drama yang terjadi beberapa detik lalu. Membayangkan jika peristiwa itu terjadi pada mereka.
"Sekarang, lo tau, kan? Kenapa gue nggak mau jadi pacar lo?" ucap seorang gadis. Dialah, Savira Shin Arabella.
"Maksud lo? Karna takut gue selingkuh, gitu?" tanya seorang lelaki, Panji Asad Guardian.
"Bukan," tolaknya cepat.
"Terus? Apa gue kurang tampan? Lo mau cowok setampan siapa? Kim Soo Hyun?"
"Jangan ngada-ngada lo!" decak Savira kesal.
"Jadi? Why?" tanya Panji menaikan satu alisnya.
"Gue nggak mau kita bertengkar, gue nggak mau kita masuk ke dalam masalah soal hubungan, gue mau persahabatan kita abadi selamanya," jelas Savira.
"Persahabatan kita akan berakhir kalau lo udah punya cowok, makanya gue pengin lo jadi cewek gue, biar bisa selamanya bersama lo," balas Panji cermat.
"Nggak semudah yang lo fikirin, gue cuma nyaman bersahabat sama lo. Gue nggak suka sama lo."
"Yang penting gue suka sama lo," balas Panji tak ambil pusing.
"Kalau gue nggak suka, nggak akan bisa."
"Bisa, karna gue cinta sama lo."
"Nggak bisa Panji!"
"Bisa, Savira. Karna gue sayang sama lo."
"Gue nggak cinta dan nggak suka sama lo, titik!" tekan Savira.
"Berarti sayang sama gue?" goda Panji.
"Semua orang pasti sayang sama sahabatnya."
"Gue akan buktikan kalau kita bisa saling jatuh cinta, bukan hanya gue, dengar? But! Kita."
*****
"Dav! Ayo berangkat!" teriak Savira, ia meneriaki adiknya yang masih berdandan hampir satu jam lamanya.
Hari ini adalah hari pertama Davira untuk masuk ke SMP, Seperti di waktu SD. Kini dia berangkat bersama Panji dan Savira lagi.
"Cepat Davira! Lama banget, heran gue," omel Savira dari dalam mobil.
"Sabar Nyai! Nggak tau apa, ini hari pertama gue sekolah!" balas Davira ketika sudah memasuki mobil.
"Yaa... mangkanya, karna hari pertama, jangan telat dong Dav," sahut Panji yang sudah siap menjalankan mobil.
"Itu nggak penting!" ketus Davira yang membuat kedua sejoli itu menoleh kaget ke belakang, tepat ke arah Davira.
"Penting Davira!" teriak mereka bersamaan.
"Tapi kecantikan gue lebih penting! Justru bagus dong kalau gue terlambat, jadi pusat perhatian orang-orang. Apalagi di sana banyak cowok ganteng," jawab Davira seenak jidat.
"Vir, keturunan lo tuh!" cibir Panji melirik Savira.
"Bukan, dia anak pungut!" serang Savira yang membuat Davira emosi level tingkat nasional, ingin sekali dia menerkam kedua makhluk di depannya saat ini.
"Mamaaaa!!" teriak Davira kencang yang hanya digubris dengan tawa oleh Savira dan Panji. Semakin Davira membesar, bukannya semakin disayang, tapi malah semakin dibully. Sungguh mengesalkan.
"Aduh! Dada gue!" seketika kesal Davira berubah menjadi khawatir begitupun dengan Savira.
"Kenapa lo, Nji!" panik Savira menoleh ke arah Panji yang meringis kesakitan.
"Kak Panji nggak serangan jantung, kan?" ketus Davira seenaknya.
"Sakit banget dada gue, nggak bohong!" ucap Panji sungguh-sungguh.
"Aduh, gimana dong, Nji. Jangan main-main," ucap Savira semakin panik.
"Beneran, dada gue sakit banget," lirih Panji serius, sambil memegangi dadanya.
"Kita ke rumah sakit aja, ya. Biar gue yang nyetir," pinta Savira.
"Sakit Vir. Nggak kuat gue lihat kecantikan lo pagi ini," cengir Panji tak berdosa.