"Woyy! Panji! Fokuss!" Teriakan itu sangat jelas dari Arsad, salah satu tim Panji yang sangat berharap akan kemenangan ini. Jujur saja, tim lawan mereka saat ini terbilang cukup sulit dan Arsad berharap ini tidak menjadi kekalahan mereka untuk yang pertama kalinya, karna mereka selalu menang ketika melawan tim sekolah manapun.
*****
Pertandingan semakin genting, waktu tinggal sedikit lagi, sedangkan bola basket berpihak pada tim SMA Tiga Bangsa, tapi sepertinya tidak membuat Panji menyerah, dia berusaha untuk mencegah agar mereka gagal memasukannya, hingga waktu tinggal beberapa detik lagi, dengan gercap, Kevin. Salah satu tim Tiga Bangsa yang mempunyai ahli tinggi bermain, langsung melemparkan dari jauh ke arah ring yang dia tuju, tak tahu hasilnya, tapi waktu yang akan habis memaksa tangannya untuk melempar di saat keadaan yang belum siap.
Hingga akhirnya....
Bola berhasil Kevin masukan, seketika membuat kemeriahan tim SMA Tiga Bangsa, mereka bersorak riang atas kemenangan mereka. Begitu juga dengan fans-fans mereka yang tadinya khawatir karna John telah keluar. Justru sekarang memberikan sorakan kebanggaan kepada tim SMA Tiga Bangsa.
Sedangkan tim SMA Pusaka, mereka semua menyumpahi kekalahan mereka. Tapi tidak dengan Panji, dia hanya diam dan menunduk, ini semua karnanya. Panji mengakui, kekalahan ini terjadi karna dirinya yang tak fokus dan terus memikirkan Savira. Panji merutuki dirinya sendiri, menyesali ketidak fokusannya.
"Arghhhh! Kalah kita!" teriak Arsad sembari menatap Panji dengan kesal bercampur kekecewaan.
"First kekalahan kita!" kesal Madan tak terima.
"Agrhhhhh! Sial Tiga Bangsa!" geram yang lainnya.
"Ini semua gara-gara lo Nji!" teriak Arsad langsung membuat yang lain terfokus ke arah Panji.
"Iya, gue tau, gue sangat minta maaf," lirihnya merasa bersalah.
"Maaf doang? Maaf lo nggak bisa buat kita menang kembali Nji!" sahut Arsad. Lelaki itu berjalan menghadap Panji dan memandangnya lekat dengan posisi mengangkatkan kepala karna Panji yang lebih tinggi darinya.
"Makanya kalau main itu fokus! Nggak becus lo jadi kapten!" cerca Arsad menunjuk ke arah Panji yang berada di depannya.
"Gue tau lo fokus ke cewek nggak berguna itu kan? Savira kan? Kalau lo nggak bawa dia, lo nggak bakal bikin tim kita kalah!" teriak Arsad tak perduli. Spontan saja, semua yang ada di sana terkejut dengan perkataan Arsad. Berani sekali dia mengatai Savira di depan Panji? Anak itu mau mati kah?
"Jaga mulut lo!" Panji langsung menahan tangan Arsad yang menunjuk wajahnya sedari tadi.
"Mau apa lo? Savira cuma buat onar, bikin kerusakan buat lo dan buat tim kita juga!" teriak Arsad terus menerus. Panji langsung mendorong lelaki itu dan menghempaskannya ke tanah, lalu mendirikan tubuhnya kembali.
"Sekali lagi lo ngatain Savira!" ucap Panji sambil mencengkram kaus Arsad di bagian leher.
"Apa?! Sekali lagi kenapa?"
"Gue habisin lo!" lantang Panji semakin mencengkram Arsad.
"What?! Lo pikir gue takut sama lo!" balas Arsad mencoba melepas cengkraman Panji sekuat tenaga.
"Gue masih punya hati buat gebukin lo! Jangan macam-macam soal Savira!" Panji langsung melepas cengkramannya dan berlalu pergi dari area timnya.
"Pengecut lo!" teriak Arsad. Ia ingin mengejar Panji tetapi langsung dicegah oleh kawan-kawannya, karna mereka semua tahu bahwa Panji tidak akan main-main dengan perkataannya.
"Woyy! Dasar Pengecut!" Panji menghentikan langkahnya. Tanpa membalikkan badan sedikit pun.
"Udah Sad, lo mau nyari mati!"
"Sad terima, memang ini kuadratnya kita nggak bisa terus-terusan menang ada kalanya kita juga kalah Sad."
"Udah Sad! Jangan bikin keadaan makin panas!"
Kawan-kawan mereka yang lainnya mencoba menahan Arsad dan berbicara padanya.
"Enak main pergi ya lo!" ucap Arsad tak berhenti.
"Mau Lo apa?" tanya Panji dengan nada datar tanpa berbalik.
"Gue mau lo tanggung jawab!" ucap Arsad membuat yang lain terheran-heran.
"Tanggung jawab gimana kampret!" tanya Madan bingung sambil menahan Arsad agar tak memberontak.
"Iya, lo pikir Panji hamilin lo, pakai acara tanggung jawab segala," balas yang lain, sama-sama berfikir dengan akal bodohnya.
"Oke, gua keluar," ucap Panji enteng, berhasil membuat anak timnya terkejut bukan main.
"Gue berhenti jadi kapten kalian," lanjut Panji.