True Love

salisa
Chapter #13

Janji Savira

Savira berjalan ke kamar, dia mengernyitkan dahi ketika mendengar tangisan yang tiada henti, dia juga dapat mendengar dengan jelas, ada seseorang wanita yang berusaha menenangkannya.

Tak ingin lebih lama penasaran, Savira mendekat ke arah suara yang tenyata berasal dari kamar adiknya, Davira.

Tak segan Savira membuka pintu kamar Davira yang tidak terkunci, saat itu juga dia membelalakan matanya.

"Kalian bertiga__" Savira tak kuasa melanjutkan kalimatnya, dia lebih tertarik mendengar perbincangan yang aneh menurutnya.

"Iya mah Gibran jahat, hiks... hiks...."

"Tenang Nak, Mama akan membuatnya menyesal telah memutusi kamu."

"Kenapa Gibran begitu Ma, hiks... hiks...."

"Tenang saja, Mama yakin dia tidak akan menemukan pacar secantik kamu, dia akan menyesal, percaya Nak." Kedua wanita itu terus berbincang. Hingga Davira melirik ke arah lelaki di samping Mamanya.

"Papa bagaimana? Papa harus beri Gibran hukuman karna sudah buat Davira sakit hati!" Tak ada jawaban dari lelaki itu, mukanya tampak malas.

Hingga wanita paruh baya di sisi Davira menyenggol dan melototkan matanya yang akhirnya membuat lelaki itu bicara.

"Iya, nanti Papa hukum, Papa bunuh sekalian jika kamu mau."

"Jangan Pa, jangan sakiti Gibran!" oceh Davira tak terima, lelaki itu tak membalas hanya diam dan membuang nafas kasar.

"PAPA!" Sontak mereka bertiga mengarah pada suara Savira yang kini berada di ambang pintu.

"Hehe... pinjam Papa bentar ya," izinnya menyengir pada dua wanita di sana.

Pak Randy hanya menatap bingung dan menunjuk dirinya untuk meyakinkan, apa bener Savira memerlukannya.

"Iya, bentar doang, sini deh Pa," pinta Savira melambai rendah tangannya memberi tanda memanggil.

Lelaki paruh baya itu menurut dan beranjak dari sana, Savira bisa melihat Papanya membuang nafas legah, dia tau apa yang Papanya fikir dan inginkan.

Pak Randy langsung menyusul sang anak yang pergi duluan.

*****

"Ada apa?" tanya Pak Randy.

"Savira cuma mau bebaskan Papa," senyumnya merekah.

"Hah?" Pak Randy sungguh tak mengerti.

"Papa berlagak apa gimana? Papa jengah, kan dengan drama gila di kamar Davira tadi?" jelas Savira.

"Ya ampun... anak Papa ini mengerti sekali," pujinya menepuk pundak Savira, bangga.

"Siapa dulu," sombong Savira mengibaskan rambut panjangnya.

"Imbalan mana?" bisik Savira tertawa pelan.

"Anak matre," cibir Pak Randy.

"Bercanda Pa, ya udah Savira masuk kamar dulu," pamitnya segera beranjak.

Belum sempat Savira melangkah, dia merasakan kerah bajunya ditarik dari belakang.

Lihat selengkapnya