Hari yang cukup cerah, tapi tidak untuk Panji, lelaki yang menginap di rumahnya membuat Panji semakin pusing tujuh keliling.
Seharian Panji harus mendengar ocehan buruk Iby yang selalu tidak masuk akal dan tidak layak untuk didengar.
Sekarang Panji bersiap untuk pergi ke sekolah. Sedangkan Iby? Dengan tidak tahu malu lelaki itu masih tertidur pulas di kamar Panji. Bahkan untuk sholat shubuh pun dia harus diseret agar mau melaksanakannya.
Setelah sholat bukannya beraktifitas, Iby tak segan melanjutkan tidurnya, sekalipun di rumah orang, rumah Panji salah satunya, sangat memalukan memiliki kawan seperti Iby.
"Panji," panggil lelaki paruh baya, Panji yang tengah mengikat tali sepatu pun menoleh ke arah suara.
"Apa Pa?"
"Kamu naik taxi aja ya," suruh Pak Bagas tiba-tiba.
"Lho, kok gitu Pa?" kaget Panji mengerutkan keningnya.
"Ban mobil Papa bocor, Papa akan lembur nanti, Papa juga harus berangkat sekarang, sudah lah hari ini saja Papa pakai," ucap Pak Bagas menjelaskan.
"Aish... Pa, lagi nggak malas naik taxi," ucap Panji memelas.
"Hari ini saja, Papa yakin, besok ban mobil Papa sudah baik, ayolah, Papa mau cepat ini," desak Pak Bagas.
"Mendadak banget bilangnya."
"Papa lupa, udah sini kuncinya," pinta Pak Bagas mengulurkan tangannya.
"Ya udah. Bener lho, besok udah balik, awas nggak," ancam Panji tak tahu malu.
"Emang kamu fikir itu mobil kamu!"
"Yaelah Pa, sensi banget kayak cewek PMS," goda Panji.
"Sudah-sudah, sini kunci mobil," pinta Pak Bagas menggerakan jemarinya ke arah Panji.
"Iya, iya! Ini Tuan terhormat," pasrah Panji memberikan kunci mobil dengan lemas.
"Ya udah, Papa pergi," pamit Pak Bagas menerima kunci mobilnya.
"Assalamualaikum," lanjutnya kemudian menghilang dari hadapan Panji menuju garasi.
"Hedeh... Naik taxi deh gue," sebal Panji. Panji rasa kehadiran Iby membuat harinya semakin memburuk.
"Gila emang! Iby beneran bikin sial!"
Panji pun pasrah, dia berniat berjalan keluar gerbang rumahnya untuk mencari taxi, tapi belum beberapa langkah, ada seseorang yang meneriaknya.
"PANJI! WOY!" teriak lelaki, yang sudah bisa ditebak bahwa itu adalah Iby.
"TUNGGU BANGKE!" Mau tidak mau Panji menghentikan langkahnya.
"Apa?" toleh Panji malas.