Savira membuka pintu kamarnya, berjalan ke ruang tamu. Savira terdiam, sedikit syok melihat kedatangan seorang lelaki yang sedang bersama Davira. Apa yang sudah terjadi?
"Davira? Gibran? Ka... Kalian balikan?" tanya Savira tak bisa menutupi rasa penasarannya.
"Eh, Nyai. Sejak kapan lo di sana?" tanya Davira balik, tak memperdulikan wajah syok Savira.
"Ka... Kalian balikan?"
"Iya Kakak ipar, gue sama Davira balikan, kenapa syok gitu? Apa lo sedih ngeliat diri lo yang terus jomblo?!" ucap Gibran seenaknya.
"Jomblo? Hello!? Terus John siapa? Tukang kebun?" kesal Savira, emosinya memuncak seketika.
"Oh iya, baru ingat," cengir Gibran tak berdosa.
"Lo kelamaan jomblo sih Kak. Mangkanya dikira masih jomblo," tambah Davira.
"Lo kesambet apa Gib? Lo nggak nyesel balik sama cewek gila pecinta oppa?" cibir Savira.
"Nggak kok Kak, Davira cewek yang terbaik. Gue sayang banget sama dia," ucap Gibran mengelus kepala Davira.
"Uwhh... soswet banget sih cowok gue," haru Davira.
"Terserah lo deh! Terserah!" Savira bergidik ngeri melihat keduanya. Savira memutuskan untuk pergi dari hadapan Davira dan Gibran.
"Kemana lo Kak?!" sahut Davira melihat Savira keluar rumah.
"Mau jalan-jalan sore sama pacar!" jawab Savira berlalu begitu saja.
"DIH! SOK OKE LO!" teriak Davira. Tiba-tiba Savira muncul kembali dari hadapan pintu.
"GUE EMANG OKE! SERIBU KALI LEBIH OKE DARI LO!"
*****
Tok! Tok!
"Spada! Boleh masuk nggak?" teriak seseorang dari balik pintu kamar Panji.
Panji menghela nafas panjang, mau apa lagi anak itu?
"Hm, masuk aja."
Setelah Panji menyahut, pintu kamarnya langsung terbuka lebar.
"Eh, gue kira belajar," sahut Raka menghampiri Panji.
"Gue baru aja selesai, ngapain lo ke sini? Ada perlu apa? Kangen sama gue? Mau minta duit? Atau minta Pacar?" tanya Panji berbondong-bondong.
"Hapal bener lo buset!" cibir Raka.
"Semuanya bener, kecuali kangen sama lo! Anak Ayam kali kangen sama lo! Gue milih-milih kali!" lanjut Raka memberikan wajah sombongnya.
"Durhaka lo!"
"Bukan durhaka! Gue cuma memberikan kejujuran!"
"Terserah lo deh, gue nggak bisa ngasih duit apalagi pacar, udah sana keluar!" usir Panji menggerakkan kepala ke arah pintu.
"Yaelah, main usir aja lo," ucap Raka, lelaki itu malah mengambil duduk disamping Panji.
"Apa sih mau dedek?" toleh Panji pada Raka.
"Ih, najis sekali ucapan anda!"
"Ya udah, apa mau lo? Adik nggak ada akhlak!?" tanya Panji melebarkan senyumnya.
"Muka lo kayak sambal Padang, hijau, haha...."
"Apa sih nggak jelas, gila lo ya!?" kesal Panji terheran.
"Gue gila karna Savira. Gue telah tergila-gila dengan Savira, wajahnya, senyumnya. Gue sangat terpesona, oh Savira. Gue sangat cinta dengan lo," ledek Raka panjang lebar.
Hingga beberapa saat Panji membiarkan Raka mengoceh sembarang kata, Panji akhirnya tersadar, bahwa tujuan lelaki itu hanya ingin mengganggunya.