Hari minggu adalah hari yang paling dinanti anak sekolah. Mulai dari anak SD hingga anak SMA. Hari untuk melepas beban pelajaran, juga hari bersenang-senang.
Pukul menunjukan empat sore. Savira sangat bosan, hari minggu kali ini dia hanya menghabiskan waktu di rumah seharian, tak ada Panji, juga tak ada Davira yang sering mengusilinya.
Davira, sang gadis kecil merepotkan, yang selalu mengintil kedua sepasang sahabat receh itu, kini dia telah mendapatkan kehidupan barunya sejak satu bulan masuk sekolah SMP. Cukup mengejutkan bagi Savira dan Panji, Davira sekarang telah memilki pacar yang membuatnya sibuk sendiri dan kini gadis itu masih berjalan dengan pacarnya, belum pulang dari jam 10 pagi tadi.
Entahlah, Savira jadi ingin memiliki pacar, jujur saja sejak dia kecil sampai sebesar ini tak ada satupun lelaki yang berhasil memacarinya, dibilang nggak laku sih nggak banget. Justru banyak yang mengantri untuk mendapatkan hati Savira, tapi entah kenapa dia tak tertarik dengan satupun dari banyak lelaki yang telah menembaknya.
Hanya Panji lelaki yang akrab dengan Savira, itupun sebagai sahabat, tanpa ada perasaan sedikit pun di hati Savira padanya.
Drtt.. Drttt..
Savira langsung mengambil ponsel dan mengangkatnya ke telinga setelah panggilan tersambung.
"Halo, kenapa?" tanya Savira dengan malas, yang menelfon tidak lain adalah Panji.
"Adek lo nggak di rumah?" tanya Panji dari sebrang sana.
"Davira jalan, kenapa memang?" jawab dan tanya Savira.
"Berarti bener yang gue lihat," jawab Panji yang membuat Savira terheran-heran.
"Apaan, lo nelfon ngomong gitu doang, makin nggak jelas lo," kesal Savira.
"Iya, emang kenapa? Gue cuma pengin mastiin, yang gue liat Davira apa bukan, memang ganggu lo banget? sorry deh kalau ganggu."
"Emang lo liat dia di mana!?" tanya Savira mulai kepo.
"Adek lo lagi senyum-senyum sendiri, nontonin pacarnya di lapangan bola!" ucap Panji memberitahu.
"Gibran maksud lo?" tanya Savira kembali.
"Iyalah! Siapa lagi."
"Ahh, nggak bener tuh bocah. Lo ngapain di sana?" tanya Savira lagi.
"Ya... main lah, sama temen gue."
"Lo gabung sama pacar Davira? Yah... bocah lo!" serang Savira tak segan melepas tawanya.
"Bocah!? Gue mau main basket sama anak tim gue, lawan SMA Tiga Bangsa, ya kali gabung bocah SMP!"
"Oh!" singkat Savira. Kebetulan lapangan bola dan basket di sana bersebelahan, jadi wajar jika Panji melihat Davira.
"Ya udah, gue lanjut dulu, bye."
"Ehh, bentar dulu!" cegah Savira sebelum Panji menutup telfonnya.
"Apa?"
"Gue pengin ke sana, tapi jemput gue, please!" pinta Savira memohon.
"Sepi banget di sini, gue bosen!" keluh Savira.
"Ngapain sih Vir? Gue juga main, nanti lo sendiri."
"Dih, gue pengin liat cowok-cowok keren kali, pasti lawan main lo pada maco dari pada tim lo!" ketus Savira.
"Ngapain liat mereka, wajah ganteng gue aja noh, pasang di walpaper HP lo, biar nggak kesepian."
"Liat muka lo tiap hari aja udah enek Nji, apalagi di pasang di walpaper gue, muntah tiap hari yang ada!"
"Ayolah Nji, please! Gue pengin nyari cowok sekalian biar nggak kesepian, haha...," jelas savira kembali.
"Ngapain Vir nyari cowok, udah ada gue juga, ribet hidup lo, tinggal pacaran selesai," balas Panji yang membuat telinga Savira semakin panas.