Pagi ini, Savira sudah kembali dijemput oleh John, begitu pula saat pulang sekolah nanti. John sangat bersyukur Savira mau memafkan kesalahannya dan kembali dengan hubungan mereka yang seperti biasanya.
"Nih, pakai," ucap John memberikan helm pada Savira. Savira mengangguk lalu menerima dan kemudian memakainya.
"Yang bener dong, Sayang." John memperbaiki helm Savira yang sedikit miring.
"Udah bener perasaan," bingung Savira memegangi helm di kepalanya.
"Tadi miring, udah bener sekarang," jelas John.
"Maklum lah miring, ngikut otak gue," ucap Savira mulai drama.
"Aneh banget ya lo, caci diri sendiri," heran John.
"Gue anak yang jujur, ngapain muji otak gue yang goblok."
John terkekeh pelan, lalu mencubit hidung Savira.
"Auw!" kesal Savira memegangi hidungnya.
"Gemes gue sama lo," tawa John.
"Hmm... Lo kenapa bisa suka gue? Karna cantik?" tanya Savira tiba-tiba. Tidak mungkin karna pintar, semua anak SMA Pusaka pun tahu, kebodohan adalah kelemahan Savira yang terdalam.
"Kalau karna cantik, gue udah gebetin Natasha dari lama," jujur John.
Natasha adalah siswi SMA Tiga Bangsa yang sering di sanding-sandingkan dengan John. Karna banyak yang menyukai kecocokan mereka berdua.
"Terus, karna apa?" tanya Savira. Baru sekarang dia terfikir untuk menanyakan hal itu.
"Karna lo doang yang bisa menarik perhatian gue, bahkan dari pertama kalinya gue ketemu sama lo," ucap John menatap gadisnya hangat.
"Ayo berangkat," ajak Savira langsung menaiki motor John.
"Lo salting ya?" goda John. Savira memukul pundak John keras hingga membuat lelaki itu meringis kesakitan.
"Jahat banget sama pacar sendiri," cibir John.
"Buruan jalan, atau gue ngambek nggak jadi berangkat sama lo!" ancam Savira.
"Ampuh banget sayang ancamannya," sindir John.
"Satu...."
"Iya Vir iya, ini mau jalan," pasrah John akhirnya melajukan motornya menuju sekolah Savira.
*****
Semua anak kelas XII SMA Pusaka mulai melakukan konsultasi ke guru BK mengenai jurusan apa yang akan mereka pilih jika ingin melanjutkan kuliah, atau apa yang akan mereka kerjakan jika tidak melanjutkan kuliah.
Satyo sang ketua kelas, membagikan formulir yang harus diisi oleh kawan-kawan kelasnya. Formulir tersebut berasal dari Bu Hanggini sang kepala guru BK.
"Burusan diisi," suruh Satyo memberi formulir pada Keysa.
"Apaan nih?" tanya Keysa basa-basi.
"Surat cinta dari gebetan Starla, katanya dia mau selingkuh sama lo," jawab Satyo tak berdosa.
"Stres!" cibir Keysa. Keysa yang mengetahui maksud formulir tersebut langsung mengisinya. Tak menghiraukan Satyo yang mulai mendekat ke arah Savira.
"Sayang, isi ya formulirnya," ucap Satyo tersenyum pada Savira.
"Ih najis! Sama Savira main nyosor aja lo!" Sahut Keysa sebal.
"Kenapa? Lo mau juga gue gituin?" tanya Satyo menaikan satu alisnya.
"Mending gue denger suara Bu Hanggini dari pada denger gombalan buruk lo!" picik Keysa.
"Dih, emang gue mau gombalin lo?"
"Nyebelin banget sih lo, makan apa lo selama ini? Kok gilanya kelewatan."
"Makan hati, tapi stock hati lagi habis, makanya kasih hati lo ke gue, biar normal kembali."
"Pergi sana ke rumah sakit jiwa!" sebal Keysa.
"Udah full, mereka nggak terima pangeran seperti gue," pede Satyo.
"Amplas dulu muka lo, baru sebut diri lo pangeran."
Brakk!!
Satyo maupun Keysa terkejut mendengar gebrakan yang berasal dari Savira.
"Udah ya berantemnya," senyum paksa Savira. Kesabarannya sudah habis. "Nggak fokus gue mau isi!" lanjutnya geram.
"Maap Vir," ucap Keysa merasa bersalah.
"Iya, maapin kita ya, Sayang," tambah Satyo.
Savira hanya menggeleng dan membuang nafas kasar lalu kembali mengisi formulir miliknya. Savira terdiam sebentar. Dia mendadak bingung.
"Vir, lo kenapa?" tanya Keysa mendapati Savira melamun. Keysa sendiri sudah menyerahkan formulirnya pada Satyo.
"Ah, nggak apa-apa."
"Sayang, masih lama?" tanya Satyo.
"Bentar."
"Mau aja lo di panggil sayang sama kutu beras!" sahut Keysa.
"Terpaksa," singkat Savira.
"Nih," ucap Savira menyerahkan formulir miliknya pada Satyo.
Satyo menerima formulir tersebut lalu pergi ke meja yang lainnya. "Dah, Sayang," lambai Satyo pada Savira.
Keysa maupun Savira hanya bisa bergidik melihat kelakuan Satyo.
"Lo ambil jurusan apa?" tanya Keysa kepo.
"Hah? Apa? Sorry gue nggak denger," balas Savira tersadar.
"Lo tadi ambil jurusan apa? Mau kuliah di mana nih kira-kira?"
"Emm... Gue nggak tau kuliah atau nggak tahun ini," bimbang Savira.
"Maksudnya?"
"Nggak tau lah, lihat aja nanti, gue bimbang."
"Lo bimbang karna merasa bodoh?" tanya Keysa tak berdosa.
"Bagus banget pertanyaan lo!" pekik Savira.
"Kenapa? Pedes ya kayak mulut tetangga?" tambah Keysa.
"Bukan kayak tetangga."
"Terus?"
"Pedes kayak cabai Bi Yanti! Mau gue beliin sekarang? Biar makin hot mulut lo!"
"Emang lo pikir Bi Yanti jualan cabai apa?" kesal Keysa.