Savira hanya bisa menggelengkan kepala melihat Davira yang asik berjoget mengikuti alunan musik video boyband kesukaannya lewat televisi yang ada di kamarnya.
Entah sudah berapa jam gadis itu berusaha mengikuti gerakan boyband-nya agar sama persis.
"Naui gotong-i issneun gos-e."
"Naega sum swige hasoseo."
Savira bergidik ngeri melihat Davira. Gerakannya benar-benar menjijikan. Jauh beda dengan gerakan boyband yang di televisi.
"MY EVERYTHING!" teriak Davira sambil memegang lightstick berlambang BTS. "MY BLOOD AND TEARS!"
"Davira lo ngapain!" Savira terkejut melihat Davira yang berjoget terlalu berlebihan, bukan seperti boyband melainkan seperti Topeng Monyet.
"GOT NO FEARS!"
"I'M SINGIN' OH AHHHH...."
"OHH I'M TAKIN OVER...."
"YOU SHOULD KNOW YEAH...."
Brukkkk! Savira langsung menutup pintu gadis itu dengan keras, suaranya sudah melebihi toa yang ada di mesjid. Berbahaya bagi telinga semua orang yang berada di rumah.
"Gila! Bisa bocor telinga gue!" kesal Savira.
"Savira! Siapa sih berisik banget?" tanya Bu Ranty yang tiba-tiba datang.
"Itu siapa lagi!" tunjuk Savira ke kamar adiknya.
"Ohh," angguk Bu Ranty santai.
Savira membelalakan kedua matanya. Bagaimana bisa Mamanya bicara begitu. "Ma! Kok, oh aja sih!" sebal Savira.
"Ya udah Sayang, biarin aja, yang penting anak-anak Mama bahagia."
Savira hanya bisa meneguk ludahnya dalam-dalam dan melebarkan kedua matanya. "Mama aneh!" pekik Savira.
"Udahlah nggak usah ribet gitu. Oia Vir, tadi Mama ke butik, gaun acara Prom Night kamu udah selesai," jelas Bu Ranty.
"Beneran Ma?" tanya Savira riang. Padahal acara masih lima hari lagi.
"Iya sayang, lusa Mama ambil."
"Wah, makasih Ma," senang Savira langsung memeluk erat Mamanya.
"Sama-sama."
"Eh, Mama kenapa?" panik Savira merasa tubuh Mamanya seperti akan ambruk.
Savira memegangi bahu Mamanya, menatapnya lekat.
"Mama sebenarnya kenapa? Mama nggak ada nyembunyiin sesuatu kan dari Savira?" tanya gadis itu sangat khawatir.
"Mama nggak apa-apa Sayang, sedikit capek aja," lirih Bu Ranty memegangi kepalanya.
"Jangan sembunyiin apapun ya, Ma dari Savira."
"Iya, Sayang."
*****
Sore ini, Savira ada janji pergi bersama Keysa ke mall untuk mengganti kegagalan yang kemarin, saat Keysa mengajak Savira selepas kelulusan. Mereka tak bersama pergi ke sana. Keduanya berjanjian bertemu saat sudah sampai di mall, supaya nggak ribet jemput sana sini.
"Savira pergi Ma," pamit Savira pada Bu Ranty.
"Kamu naik apa Sayang?"
"Naik gocar aja, Savira baru pesan," jawab Savira.
"Oh, ya udah kalau gitu, hati-hati ya," peringat Bu Ranty.
"Iya, Ma."
"Jangan malam-malam ya," pesan Bu Ranty.
"Yah, Savira nggak bisa janji Ma, Savira agak malam mungkin, soalnya sekarang udah jam 5, Savira juga mau ke salon sama Keysa," jelas Savira manyun.
"Nanti kamu kenapa-kenapa Sayang, anak perempuan," ucap Bu Ranty khawatir.
"Ya ampun Ma, Savira udah besar, Savira juga nggak sendiri kok, ayolah Ma," mohon Savira.
"Ck, ya udah. Kabarin Mama ya kalau udah sampai."
"Sip Ibu Negara!" hormat Savira.
"Hati-hati ya," lambai Bu Ranty.
"Iya, assalamualaikum."
Savira pun berjalan keluar gerbang, setelah menunggu 5 menit, gocar pesanan Savira datang.
Savira segera masuk, lalu mereka menuju ke mall di Jakarta.
*****
"Makasih Pak," ucap Savira sambil memberi uang pada supir tersebut.
Savira langsung berjalan masuk ke dalam dan menunggu Keysa disalah satu cafe yang berada di mall. Kemudian duduk di salah satu meja.
"Nutello Chocolate-nya aja Mba," ucap Savira pada pelayan yang menghampirinya.
"Baik, ditunggu ya." Pelayan itu beranjak pergi dari hadapan Savira.
Savira membuka ponsel, ia mengetik pesan pada Keysa.
Keysa :
Key gue udah sampai.
Savira menaruh kembali ponselnya di meja, bersamaan dengan itu pelayan datang dengan pesanan Savira.
Savira tersenyum dan berterimakasih pada pelayan lalu menyeruput Nutello Chocolate miliknya.
Savira melihat ponselnya, belum ada balasan dari Keysa, Savira melihat jam sudah menunjukkan pukul 05:31.
"Lama banget sih tuh anak," kesal Savira menggerutu sendiri.
Savira tak mau berlama-lama meunggu di cafe. Gadis itu keluar dari sana setelah membayar minumannya.
Drtt.. Drttt..
Savira tersenyum senang saat nama Keysa muncul di layar ponselnya ketika benda itu berdering. Savira yakin pasti Keysa sudah sampai dan gadis itu memilih menghubunginya terlebih dahulu.
"Lo di mana?" tanya Savira langsung.
"Emm... Vir."
"Lo di parkiran yah? Lo naik mobil kan? Gue udah keluar lagi nih, gue deket mobil ayla putih, nggak jauh dari lobby utama kok, lo masuk lewat mana, kalau lewat sini, lo tinggal cari aja," suruh Savira.
"Pokoknya gue berdiri dekat mobil ayla putih dan kebetulan mobil ayla putih cuma satu di sini, jadi lo nggak bakal bingung." jelas Savira detail.
"Vir, dengerin gue dulu," ucap Keysa tergesa-gesa.
"Kenapa? Lo tinggal keluar dari mobil kan?"
"Gue minta maaf, HP gue baru aktif, tadi sempet lobet, tapi untung gue bawa powerbank."
"Iya, gue maafin, ya udah buruan ke sini," geram Savira.
"Vir bukan gitu, gue nggak bisa ke sana."
"Apaan sih lo, nggak jelas, gue udah sampai lho!" heran Savira mulai emosi.
"Vir, gue bener-bener minta maaf, ayah gue masuk RS, jantung dia tiba-tiba kambuh, gue nggak mungkin ke mall dan ninggalin dia, sekarang gue di rumah sakit."
"Kenapa baru bilang!?"
"Itu makanya tadi gue bilang. Gue minta maaf, karna HP gue lobet, gue baru buka ini, I'm really sorry Vir, sumpah gue nggak bakal tau ayah bakal kambuh lagi," ucapnya merasa bersalah.
"Hm, ya udah kalau gitu," pasrah Savira. Dia tidak bisa berbuat apa-apa. Nggak mungkin kan, Savira memaksakan Keysa untuk tetap pergi? Savira masih punya hati.
"Beneran nggak apa-apa? Gue bener-bener minta maaf Vir."
"Iya, mau gimana lagi, gue sendiri aja ke salon, sayang kalau pulang, gue udah di mall."
"Sorry Vir, maaf banget nggak bisa nemenin."