Panji sudah tiba di aula sekolah dengan kawan-kawannya. Di tempat acara Prom Night berlangsung. Hanya Madan yang belum terlihat batang hidungnya.
Panji bingung harus mengenakan apa di prom malam ini. Jadi Panji hanya memakai kemeja hitam dibalut jas berwarna putih dan celana putih pula. Begitu saja penampilannya sudah sangat perfect. Panji terlihat rapi dan menawan.
"Madan datang, kan?" tanya Bara membuka suara.
"Ya datanglah, harus!" jawab Panji tak santai.
"Kalau dia nggak datang, rencana kita gagal, kan dia tokoh utama rencana Panji," sahut Arsad yang diberi anggukan oleh semua kawannya.
"Udahlah tunggu aja, belum dimulai juga," ucap Jordan.
Panji mengedarkan pandangannya, mencoba mencari seseorang yang ditunggunya dan kawan-kawannya.
"Nah, tuh orangnya!" tunjuk Panji riang ke arah lelaki yang mengenakan pakain pilihannya satu minggu lalu.
Semua kawannya menoleh ke arah tunjuk Panji. Benar saja, mereka menemukan Madan yang kini menghampiri mereka semua.
"Hai, Bro!" sapa Madan tersenyum merekah.
"Gimana penampilan gue? Udah oke kan?" tanya Madan bangga sambil membenahkan kerah bajunya.
"Bolehlah... keren kan, pilihan gue?" sombong Panji.
"Iya-in, aja biar seneng," balas Madan.
"Tapi sumpah deh, jujur masih cakep lo kemana-mana," drama Jordan menepuk lengan Panji.
"Lo ngejek gue?" sinis Panji.
"Bener Nji kata Jordan, jujur juga deh gue, cakep bener lo malam ini," sahut Bara membantu Jordan.
"Hm... Terserah," ucap Panji tak perduli.
Yaa... Panji mengakui dirinya memang tampan, tapi dia tak perduli. Apa gunanya tampan jika wanita yang dicintainya tak memperdulikan hal itu.
"Di mana Satyo?" tanya Madan tiba-tiba.
"Tuh," tunjuk Panji ke arah lelaki yang duduk di pojokkan dengan kantuk mata yang sangat berat.
"Wuih! Langsung ampuh," kagum Madan. "Siapa yang kasih? Kok, cepet berhasil? Gue pikir bakal sulit ngasih minum Satyo," lanjut Madan penasaran.
"Gue lah! Siapa dulu!" bangga Arsad menepuk-nepuk dadanya pelan.
"Hebat lo, tinggal nunggu cewek gue nih," senyum Madan sambil membenahkan kerahnya lagi.
"Iya, seneng-seneng lo malam ini," cibir Panji.
"Bakal dikenang tuh sepanjang masa!" tambah Jordan.
"Iya sih bakal dikenang sepanjang masa, tapi bukan pemilihan resmi!" ledek Arsad.
"Sirik aja lo!" sebal Madan.
Suara riuh anak-anak mulai terdengar tak keruan. Membuat Panji dan kawan-kawannya bingung sendiri. Apa yang membuat keadaan mendadak ramai?
Panji dan keempat kawannya pun mengikuti sorot mata teman-teman mereka yang heboh sedari tadi.
Panji membalikkan badan, menemukan sosok Keysa di sana. Ada apa dengan gadis itu. Panji memperhatikan kembali, ternyata teman-temannya heboh dengan gadis di belakang Keysa.
"Anugrah Tuhan, Masya Allah! Itu Savira kan?" tanya Bara kagum.
"Cantik bener kayak putri salju, untung nggak pakai sepatu kaca," ucap Jordan melihat higheels putih Savira.
"Udah kayak cermin emak gue, semriwing-semriwing, haha," tambah Arsad tertawa.
"Nggak jelas otak lo!" sahut Madan pada Arsad.
Panji tak memperdulikan ocehan kekawanannya. Matanya fokus pada Savira, memang benar, gadis itu sangat cantik malam ini. Panji sendiri dibuat kagum melihatnya. Savira mengenakan gaun putih, dengan rambut dierai begitu saja.