Angin malam berhembus dengan sopan. Menerpa kulit dua orang sejoli yang saling duduk bersampingan.
Kini Savira dan Panji tengah berada di rooftop, mereka duduk berdua di kursi panjang yang ada di sana.
"Lo pengin bicara apa?" tanya Panji yang sedari tadi sabar menunggu Savira membuka suara, walau pada akhirnya dia duluan yang bersuara.
"Gue cuma mau terima kasih," jawab Savira menoleh sekilas ke arah Panji.
"Terima kasih? Buat?" bingung Panji. Matanya fokus menghadap Savira.
"Buat semuanya," ungkap Savira tanpa menoleh.
"Semuanya?"
"Iya, semua yang lo lakuin buat gue. Gue sangat berterima kasih," tulus Savira.
Panji hanya mengangguk, lalu menatap kembali ke depan. "Ohh," lirihnya.
"Makasih udah bikin rencana yang gagal buat gue," ucap Savira kembali membuka suara.
"Hah? Maksud lo?" tanya Panji waswas.
"Gue tau, lo bikin rencana, kan? Supaya Satyo nggak jadi King gue, kalau gue jadi Queen itu?"
Panji sedikit terkejut, lalu berdehem sekejap. "Nggak, gue nggak tau apa-apa," elak Panji.
"Tapi rencana lo gagal, mereka nggak milih Madan dan Keysa, malah gue dan lo," ucap Savira tanpa menghiraukan kebohongan Panji.
"Lo ngomong apa sih Vir?" tanya Panji berlagak.
"Lo nggak bisa bohong sama gue, gue emang udah tau," ungkap Savira.
Panji menatap Savira, sepertinya dia kalah. "Maaf, gue nggak bermaksud, gue juga nggak ada niat untuk jadi King malam ini, apalagi sengaja untuk bersanding sama lo," jelas Panji akhirnya menyerah. Sepertinya Savira benar-benar mengetahui semuanya, entah dari siapa. Yang jelas Panji tak bisa mengelak lagi.
"Kenapa minta maaf?"
"Yaa... Karna gue tau lo pasti risih kan? Gue bener-bener minta maaf," lirih Panji menunduk.
"Gue nggak risih sama sekali," jujur Savira.
"Lo... Lo nggak risih?" takjub Panji.
"Gue biasa aja, itu bukan masalah yang besar."
Panji mengangguk, seketika ada yang ingin ditanyakannya. "Lo tau dari siapa?"
"Apanya?" tanya Savira balik.
"Siapa yang kasih tau lo soal rencana gue yang berujung gagal," jelas Panji.
"Oh, Keysa," jawab Savira tanpa ragu.
"Key... Keysa?"
"Iya, Madan cerita ke dia, dan akhirnya dia jujur ke gue," senyum Savira lebar.
"Ah, kampret!" decak Panji.
"Nggak apa-apa kali, gue seneng karna dia bocorin rencana lo. Ya... saat itu gue diem aja, gue juga seneng dengernya, dan gue sangat kaget ketika yang disebut MC bukan nama mereka," ucap Savira, kemudian tertawa pelan. "Kasihan Keysa, padahal dia udah ngebayangin jadi Queen and King sama Madan malam ini."
Panji ikut tertawa melihat Savira. "Tapi sekarang mereka happy-happy aja kok, gue ngeliat mereka berduaan ketawa-ketawa saat di acara," ucap Panji menatap Savira.
"Iya, gue juga liat."
"Ternyata rencana Tuhan memang selalu yang terbaik," senyum Panji.
"Lo seneng? Ah, nggak perlu dijawab, udah pasti lo seneng," tanya dan jawab Savira sendiri.
"Iya, gue emang seneng, tapi saat gue tau lo menderita, gue nggak jadi seneng."
Savira tertawa kembali, menurutnya ucapan Panji terlalu berlebihan. "Nggak sampai menderita juga kali," sinis Savira.
"Haha... Iya, iya," tawa Panji.
"Gue lega Vir," ucap Panji kembali membuka suara.
"Lega?"
"Iya gue lega, karna...."
"Karna apa?"
"Lega karna Keysa udah nemuin cowok yang pantas buat dia dan bener-bener suka sama dia, gue kadang ngerasa bersalah karna terlalu kasar," kata Panji mendengus pelan.