Satu bulan sudah berlalu.
Panji menatap kamarnya dengan sendu, lelaki itu akan berpisah dengan kamarnya hari ini. Panji baru saja selesai menyiapkan baju-bajunya di koper, juga dengan perlengkapan lain yang akan Panji butuhkan di Bandung nanti.
Yaa, hari ini adalah hari keberangkatan Panji ke Bandung. Panji akan berangkat bersama Iby.
Sekarang Panji tinggal menunggu kehadiran Iby. Mereka hanya berangkat berdua. Keluarga mereka hanya mengantar sampai Bandara.
Drtt.. Drttt..
Panji mengangkat ponselnya. Terlihat jelas nama Iby di layar ponsel lelaki itu.
"Hallo kenapa?" tanya Panji langsung.
"Gue langsung ke Bandara aja, nggak jadi ke rumah lo dulu."
"Ohh. Ya udah, gue juga langsung ke Bandara sama nyokap dan Raka."
"Bokap lo?"
"Di kantor, dia banyak urusan, jadi nggak bisa antar gue," jelas Panji.
"Lo nggak sedih atau kecewa gitu?"
"Sedikit, tapi gue berusaha ngerti, toh juga dia kerja buat gue dan keluarga."
"Oh, oke-oke, see you bro!"
"Iya, sampai ketemu."
Panji menutup telfon tersebut. Setelah mendapat kabar dari Iby, Panji tak menunggu lagi. Lelaki itu langsung keluar kamar membawa satu kopernya. Yaa, Panji hanya membawa satu koper tidak lebih.
"Bunda! Ayo berangkat!" teriak Panji sambil menggeret koper.
"Lho, Iby? Kata kamu nunggu dia datang," heran Bu Ika yang baru keluar kamar.
"Langsung ketemu di Bandara Bun, lebih enak sih Bun, biar nggak ribet, sekali jalan juga si Iby," ucap Panji menjelaskan.
"Oh, ya udah," angguk Bu Ika.
Mereka pun berjalan keluar rumah, menuju mobil yang sudah terparkir di depan gerbang rumah.
"Raka mana?" tanya Bu Ika.
"Hah? Oh, itu Raka," tunjuk Panji ke arah lelaki yang menghampiri mereka.
"Maapin ya, habis boker," cengir Raka ke arah Panji dan Bu Ika.
"Hmm," singkat Panji.
"Ya udah, yuk berangkat," ajak Bu Ika yang berdahulu masuk ke dalam mobil.
Panji dan Raka pun ikut masuk, Panji ke bagian pengemudi dan Raka ke bagian belakang.
"Lo jangan nangis-nangis ya di Bandara," peringat Panji menoleh singkat ke belakang.
"Rugi air mata gue buat nangisin lo, nggak bermanfaat dan nggak berfaedah!" balas Raka tajam.
"Awas lo nangis, gue ledek habis-habisan lo!"