Savira berjalan dengan lunglai ke kamarnya, Savira merebahkan tubuhnya di kasur.
"Pasti lo marah banget sama gue, apa lo masih mau ketemu sama gue?"
Savira menatap layar ponselnya, sudah hampir berpuluh kali Savira menelfon Panji dan panggilan selalu tidak terjawab. Begitu juga dengan Iby, sudah 3 kali Savira menelfonnya tapi juga tidak terjawab.
Savira baru mengingat, kalau sahabatnya itu pergi dengan pesawat.
"Mungkin mereka sudah di pesawat kali ya," lirih Savira.
"Hufff... Mungkin lebih baik besok aja gue telfon, setidaknya gue harus minta maaf sama Panji."
Savira melihat kembali ponselnya, terdapat chet masuk dari John.
John :
Nanti malam aku jemput kamu ya, harus sudah siap kalau aku sampai. Love you.
Savira meletakkan ponselnya di kasur, menatap ke jendela kamarnya. Hari ini adalah hari anniversary-nya dengan John yang ke satu tahun.
Savira sudah bisa menebak, nanti malam John akan memberinya surprise.
*****
Savira mengecek riasan wajah di cerminnya untuk yang terakhir kali, lalu berjalan keluar kamarnya.
John sudah menunggu Savira di ruang tamu, lelaki itu terkagum saat melihat Savira turun dari tangga.
"Cantik," puji John tersenyum ke arahnya.
"Mau ajak gue ke mana?" tanya Savira penasaran.
"Maunya ke mana?"
"Ditanya malah tanya balik!" kesal Savira.
John berdiri dari sofa, lalu berjalan mendekat pada Savira. John menatap lekat pacarnya kemudian dia mengeluarkan kain hitam dari sakunya.
"Nanti kamu akan tau, Sayang. Nggak apa-apa matanya ditutup?" tanya John.
"Nggak apa-apa."
"Oke." John langsung mengikatkan kain tersebut di kepala Savira dengan pelan.
"Pegang tangan aku," suruh John. Savira menurut dan memegang tangan John yang menggapai tangannya.
Savira mengikuti langkah John yang mengiringinya hingga mereka masuk ke dalam mobil.
"Jangan berani buka ya," peringat John, kemudian lelaki itu melajukan mobilnya ke tempat yang sudah di siapkannya spesial untuk merayakan anniversary mereka.
******
John merangkul bahu Savira dan menggenggam satu tangan gadis itu, membantunya untuk berjalan ke tempat yang sudah tersedia.
John membukakan kain yang menutup mata Savira.
"Buka aja mata kamu, Sayang."
Savira yang merasakan ikatannya sudah lepas langsung membuka matanya cepat.
Savira dibuat takjub begitu membuka matanya, semua yang Savira lihat sangat indah di tempat itu, banyak bunga cantik dan balon, juga lilin yang berbentuk love. Savira baru sadar ternyata mereka berada di rumah John sendiri.
"Ternyata di sini?" tanya Savira riang.
"Suka nggak?" tanya John menatap Savira.
"Suka banget, ini semua lo yang kerjain?"
"Iya, kakek juga bantuin aku."
"Oh, ya? Mana akek?"
"Di kamar lah Vir. Mau ketemu kakek?"
"Iya, boleh," angguk Savira tersenyum lebar.
John terkekeh pelan. "Jangan dong," gemas John.
"Kenapa jangan?"
"Kan kita lagi ngerayain anniversary, nanti kakek ganggu," bisik John.
"Dasar!" cibir Savira.
John mengambil buket bunga yang berada di meja, lalu memberinya pada Savira. "Happy anniversary, Sayang," ucap John mengecup singkat kening Savira.
"Happy anniversary juga yang ke satu tahun," balas Savira memegang erat bunga dari John.
"Makasih semuanya, gue sangat suka," lanjut Savira tak lepas dari senyumnya.
"Makasih juga buat waktunya," ucap John.
"Sekarang, ayo makan," ajak John, mendudukkan Savira di salah satu kursi lalu lelaki itu duduk di hadapan Savira.
Savira menatap hidangan di depannya, sangat kagum melihat banyak makanan yang tersedia.
"Lo mau buka warteg?" canda Savira.