Panji dan Iby berjalan keluar dari kelas terakhir mereka. Iby tak menyangka jadwal kuliahnya akan seberat ini, sedikit ada perasaan menyesal sudah menunda kuliahnya. Sedangkan Panji, lelaki itu tampak tenang saja sedari tadi, Iby dibuat takjub melihat ketenangan di wajah Panji.
"Lo nggak kepusingan sama pelajaran kuliah tadi?" tanya Iby menyenggol lengan Panji.
"B aja," singkat Panji.
"Oke, sekarang gue akui lo emang jenius!"
"Ini belum seberapa, nanti semakin lama semakin pusing kepala lo!" cerca Panji.
"Gue harus ke salon," ucap Iby serius.
"Hah? Ngapain ke salon?" heran Panji.
"Mau pijit otak biar sehat, gue rasa otak gue mulai kesakitan," celetuk Iby sok dramatis.
"Gue bingung, kenapa lo bisa keterima di SNMPTN?" tanya Panji sengaja.
"Karna gue selalu beruntung! Mangkanya jangan jauh-jauh dari gue! Supaya nular ke lo!" balas Iby tak mau kalah.
"Terserah lo."
"Eh, itu cewek yang tadi kan?" tanya Iby heboh melihat sosok gadis tadi pagi.
Panji ikut melirik ke arah gadis itu.
"Kayaknya dia kuliah di sini juga," terka Iby.
"Nji, lo nggak mau sama yang begituan? Gue samber nih kalau lo nggak mau!" Iby langsung pergi meninggalkan Panji dan berlari kecil ke arah dua gadis berhijab yang sedang mengobrol itu.
Panji membelalakan kedua matanya, meneguk ludahnya susah payah, berani-beraninya Iby mempermalukan dirinya. Astaga, lebih baik Panji langsung ke apartemen saja. Memalukan jika gadis itu mengetahui Iby adalah kawannya.
*****
"BANGKE LO NINGGALIN GUE NGGAK ADA AKHLAK LO!"
Panji langsung tersedak mendengar teriakan Iby. Baru saja Panji menyuap nasinya, Iby berteriak sampai membuat santapan Panji jadi berantakan karna dia sangat terkejut.
"Kalau masuk itu salam! Bukan malah teriak! Tanggung jawab! Gara-gara lo nggak jadi makan gue!" omel Panji bertubi-tubi.
"Salah lo sendiri kenapa tinggalin gue?! Malu bangke!" kesal Iby.
"Bukan urusan gue! Siapa suruh nyamperin mereka! Ogah gue tungguin lo!"
"Hmm. Iya, iya. Lo nggak kepo apa sama cewek tadi?"
"Nggak."
"Ah, masa?"
"Gue biasa aja, apaan sih lo."
"Tadi yang jilbab hitam nanyain lo! Bersyukur lo seharusnya karna gue samperin mereka!" ucap Iby memberitahu.
Panji mengingat-ngingat wajah gadis itu saat di kampus tadi, gadis yang berjilbab hitam itu adalah gadis yang ditemuinya di restoran lalu. Sedangkan yang di sampingnya berjilbab coklat, Panji tak pernah menemuinya. Berarti yang menanyakannya adalah?
"Kenapa lo bengong?" tanya Iby menyadarkan Panji.
"Siapa namanya?" tanya Panji.
"Yang mana dulu!? Ada dua!"
"Yang jilbab hitam."
"Oh, yang itu namanya Citra, yang satunya temen dia, namanya Kirai."
"Citra?"
"Iya, dia nanya nama lo siapa, ya gue kasih tau deh, tapi bukan Panji...."
"Hah? Lo bilang apa!? Jangan sembarangan ya lo!"