True Love

salisa
Chapter #39

Waktu Yang Tertunda

4 tahun kemudian....

Panji keluar dari supermarket setelah membeli snack untuk menemani harinya di Bandung dalam lima hari ke depan, sebelum akhirnya dia pulang ke Jakarta.

Setelah menemukan taxi, Panji segera beranjak ke apartemen.

Setelah sampai, Panji langsung masuk ke apartemennya dengan satu kresek snack di tangannya.

"Nji, tadi bokap lo telfon, kebiasaan selalu tinggalin HP," sahut Iby menyambut Panji.

"Ngapain dia telfon?" sinis Panji, malas mendengar kalimat yang bersangkutan dengan kedua orang tuanya.

"Nggak boleh begitu, mereka pasti punya alasan yang kuat kenapa nggak bisa hadir saat lo wisuda."

"Gue nggak mau tau," serah Panji.

Seminggu yang lalu, saat berlangsungnya acara wisuda kelulusan Panji, orang tuanya tidak bisa hadir, sebenarnya Panji bisa memaklumi jika keduanya memberikan suatu alasan, tapi mereka hanya bilang tidak bisa hadir tanpa ada alasan yang jelas. Itulah yang membuat Panji kesal dan sampai berpikir yang tidak-tidak.

Bagaimana dengan Iby? Sayang sekali lelaki itu belum lolos, banyak yang belum lelaki itu selesaikan, alhasil dia harus menunggu satu tahun lagi untuk menjemput kelulusannya. Yaa... Semoga dia berhasil.

"Gue jadi malas balik ke Jakarta, gue mau di Bandung aja," lirih Panji sambil membuka snack yang baru dia beli.

"Ada yang pengin gue tunjukin ke lo, gue yakin lo nggak mungkin malas balik ke Jakarta setelah lo liat itu," ucap Iby serius.

"Gue nggak mau masuk ke dalam dunia drama lo," cerca Panji.

"Gue serius, tapi sebelum gue kasih ke lo, gue mau tanya, apa lo suka sama Citra?"

"Kenapa jadi Citra?"

"Ini ada sangkut pautnya sama dia."

"Kalau mau kasih sesuatu ya kasih aja kali, nggak usah nanya yang aneh-aneh segala," lirik Panji mulai sebal.

"Ini ada hubungannya sama percintaan lo, Savira."

Panji langsung menoleh 90 derajat ke arah Iby. "Maksud lo apa? Savira mau nikah sama John? Atau mau cerai?" tanya Panji seenak jidat.

"Nikah aja nggak ada kabar, udah nanya cerai aja lo!" cibir Iby.

"Terus kenapa? Dia mau lahiran anak John?" asal Panji.

"Nji cukup! Gue serius! Ini demi lo juga!" teriak Iby mulai emosi.

"Kenapa jadi lo yang marah?" heran Panji.

"Cepat jawab gue, apa lo suka sama Citra?" tanya Iby lagi.

"Kasih gue alasan dengan pertanyaan lo barusan," ucap Panji datar.

"LO SUKA NGGAK SAMA CITRA!? teriak Iby sangat sebal.

"Kenapa lo jadi emosi banget? PMS lo?"

"Tolong jawab gue Nji, apa lo suka sama Citra?" ulang Iby.

"Mau yang jujur atau yang bohong?"

"Jujurlah! Mana ada orang yang mau dibohongin."

"Nggak," jawab Panji singkat padat dan jelas, begitulah jika dia sudah malas berdebat dengan Iby.

"Nggak apanya?"

"Gue nggak ada rasa sedikit pun sama dia, kenapa? Lo mau marah?" Panji menaikan satu alisnya.

"Apa karna lo nggak bisa move on jadi nggak ada rasa sama Citra? Lo beneran nggak suka sama dia?"

"Gue nggak tau kenapa sesulit ini untuk move on dari Savira, bahkan gue merasa semakin rindu sama dia, gue memang brengsek banget, masih suka sama cewek orang," lirih Panji menatap ke depan dengan pandangan kosong.

"Fix kalian punya ikatan batin!" heboh Iby.

Entah yang keberapa kalinya Panji dibuat terheran karna Iby.

"Lo punya riwayat penyakit apa sih?" takjub Panji.

"Nih buat lo, sebelumnya gue minta maaf, gue nggak bermaksud apa-apa sampai lo harus nunggu selama ini."

Lihat selengkapnya