Savira mulai bosan dengan acara televisi di hadapannya. Savira merindukan Panji, padahal baru satu minggu lelaki itu mulai berkerja. Panji sering pulang malam, Savira jadi sebal. Entahlah, semenjak menikah dengan Panji, Savira tak ingin jauh dari lelaki itu.
"Ck, betenya sampai ke surga!" sebal Savira membuang nafas kasar, ia melirik jam dinding, masih pukul 09 pagi.
"Gue ngapain lagi?" bingung Savira.
"Makan udah. Tidur udah tadi malem, nonton udah, nyemil juga udah," ucap Savira, menaruh dagu di atas tangan kanannya.
Savira jadi kepikiran dengan permintaan Panji. Apa lebih baik dia pergi ke toko baju saja? Dia ingin melihat ootd hijab yang cocok untuknya. Hanya ingin mencoba saja dulu, dia belum siap. Ya... sekedar mengisi kegabutan saat ini.
Savira mengurungkan niatnya untuk keluar ke toko baju, lebih baik dia berbelanja lewat olshop saja. Savira membuka aplikasi perbelanjaannya, lalu mulai mengetikan barang yang dia cari.
Savira bingung, karna dia tidak tau bagiamana gaya model hijab saat ini. Savira memilih men-chat seller toko tersebut. Dia hanya mencari olshop di Jakarta, dengan begitu barangnya akan cepat sampai.
*****
Savira mengguling-gulingkan tubuhnya di kasur. Dia benar-benar bosan. Dia ingin Panji cepat pulang. Sekarang sudah sore, Savira harus bersabar, sebentar lagi akan malam, berarti lelaki itu akan pulang sebentar lagi.
Ting! Tong!
Mata Savira berbinar, dia langsung berlari keluar kamar dan segera membukakan pintu.
"PAN__"
Savira menyengir, ternyata bukan Panji, melainkan akang tukang kirim paket.
"Mba Savira?" tanya kurir tersebut.
"I... Iya," angguk Savira tersenyum lebar.
"Ini Mba, permisi ya," pamitnya setelah memberi barangnya pada Savira.
"Iya makasih."
Savira langsung menutup kembali pintunya dan beranjak ke dalam.
*****
Savira membuka barangnya dengan sabar, setelah terbuka, Savira dibuat kagum.
"Oh, begini," angguk Savira.
Bukan dia yang memilih ootd tersebut, semua itu dipilih oleh seller toko olshop yang dia pesan tadi.
Ada Oversized shirt lengan panjang berwarna abu-abu. Celana scuba hitam kotak-kotak dan yang terakhir pasmina shawl berwarna hitam.
"Pengin nyobain gue." Savira tertarik untuk memakainya, akhirnya dia pergi ke kamar dan segera mencoba semuanya tanpa berpikir untuk mencucinya dulu. Terlalu lama pikirnya.
Setelah itu Savira berdiri di depan cermin yang mencakup seluruh tubuhnya.
"Astaga," gelang Savira. Dia memutar-mutar tubuhnya bergaya seperti model.
"Cakep juga gue pakai ginian, bagus kok," ucapnya takjub.
"Ah, kayaknya keren kalau pakai sneakers gue," pikir Savira.
Savira segera ke rak sepatunya dan memgambil snekers hitam miliknya. Lalu memasangnya segera.
"Tuh kan! Gila! Gue begini mah kayak hijabers gaul!" bangganya. Savira terus menggeleng melihat dirinya di cermin.
"Savira?"
Savira menoleh, terkejut saat itu juga. "Kok... Kok pulang?" Pertanyaan itu refleks keluar dari mulut Savira.
Panji tak menjawab, dia melihat gadisnya dari atas sampai bawah.
"Ke... Kenapa? Je... Jelek ya?" tanya Savira gugup sendiri.
Panji menggeleng, dia jadi ingat dengan Kirai, penampilan Savira persis seperti gadis itu. "Cantik," puji Panji.
"Gu... Gue cuma nyoba doang," cengir Savira.
"Semua itu dari mana? Habis keluar?" tanya Panji mendekati Savira.
"Ng... Nggak keluar," geleng Savira.