Cerita misteri Telaga Pelangi, cukup familiar dikalangan masyarakat desa/ nagari yang berada di seputaran kaki Gunung Marapi (2891 mdpl) di Sumatera Barat (Sumbar).
Penulis sendiri tahu ceritanya setelah pertama kali mendaki Gunung Marapi sekitar tahun 1991. Itu diceritakan oleh teman senior kala itu. Dan dikisahkan juga dari pemilik salah satu rumah makan yang ada di Kotobaru yang berada tidak jauh dari kaki gunung. Tepatnya jalan raya Padang Panjang - Bukittinggi.
Kotobaru merupakan lokasi titik awal bagi para pendaki gunung, baik ke Marapi maupun ke Singgalang. Nagari ini merupakan central pasar tradisional. Sebagian aneka hasil bumi dari ke dua gunung itu disalurkan ke pasar tradisional tersebut.
Berbagai macam sayuran merupakan komoditas utama. Dieksport ke daerah lain/ provinsi tetangga. Bahkan sampai ke Singapura. Selain itu menghasilkan beras, bawang, ternak dan gula merah.
Sebagai seorang penggiat di alam bebas sejak dibangku es-em-a (siswa pecinta alam), banyak ragam cerita yang penulis dapatkan. Baik dari para senior maupun dari penduduk setempat tentang kisah mistis atau misteri dibalik keindahan gunung tersebut.
Ada rasa menggelitik ingin pula bisa menuju kawasan itu. Meski demikian, rasa skeptis penulis tetap ada dari cerita yang berdasarkan turun temurun tersebut. Dari sejak dahulu, cerita mulut ke mulut ini pula sampai kepada para pendaki gunung.
Apakah itu hanya cerita legenda saja?
‘Lukisan Telaga Pelangi’.
Rata-rata dari cerita yg beredar, Telaga Pelangi ini disebut berada di dekat puncak gunung Marapi. Hanya sedikit saja yang mengatakan berada di lereng gunung.