[true-story] Misteri Telaga Pelangi

Firdaus
Chapter #10

Balik Ke Atas

Balik Ke Atas.

Kami berbalik arah dari jalur kecil ini. Raju di depan dan saya di belakang. Kembali suara guruh terdengar ketika sampai di simpang kecil tadi. Tapi belum ada tanda-tanda turun hujan.

Waktu menunjukkan pukul setengah dua siang. Tiba-tiba dari arah samping kanan saya, seperti ada yang berkelebat. Saya kejar dengan mata kelebatan itu. Raib seiring kabut yang mulai agak tebal.

Astaghfirullah”, desis saya sedikit terkejut. Raju sudah agak jauh beberapa langkah di atas. Sepertinya tidak mendengar desisan saya. Langkah dipercepat menyusulnya. Sambil menoleh ke arah tadi. Tidak terlihat kelebatan itu lagi.

Ayo Gor, jangan terlalu jauh!”, Raju mengingatkan agar saya tetap beriringan terus mendaki. Ada keinginan untuk menyampaikannya. Tapi urung, karena sikon belum memungkinkan.

Saya pun juga tidak tahu apa yang berkelebat tadi. Apakah itu orangnya sang Kakek, atau hanya ilusi saya saja. Tapi yang saya rasakan, itu benar ada yang berkelebat.

Begitu cepatnya, tidak bisa menggambarkan wujud tersebut. Yang bisa saya tangkap dari penglihatan sekejap itu adalah seperti kain hitam.

Terpikir jadinya saat si Eka sudah siuman, tidak menanyakan wujud sang Kakek itu dan berpakaian apa. Dan kami pun yang berempat saat itu sama sekali tidak terpikirkan dan menanyakan demikian.

Kami terus mendaki ke atas. Suara hewan tadi mulai agak ramai terdengar. Seolah-olah koloni itu senang kami kembali ke atas.

Istirahat kami hanya sesaat saja. Sekedar melepas sesak nafas. Lalu, lanjut lagi mendaki. Sudah cukup jauh kami meninggalkan area tadi. Nuansa kebiruan tipis mulai hilang, berganti dengan kabut putih biasa.

Sedikit lagi hampir sampai ke Tungku Tigo. Lalu, kami memberi kode suara sorakan. Terlihat Emil sedang mengamati pintu masuk ini. Lalu, setelah dekat dia membidik kamera ke arah kami. Sebelumnya telah kami ajarkan cara menggunakannya.

Blitz lampu kamera menggema sekejap di sekitar. Saya pikir tidak masalah. Toh, misi sudah gagal. Raju duluan sampai ke atas dan duduk selonjor di bivak.

Gimana Bang Raju, berhasil ya?”, tanya Emil ke Raju. Yang ditanya tersenyum menggeleng kepala sambil mengambil minuman di nesting.

Lihat selengkapnya