[true-story] Misteri Telaga Pelangi

Firdaus
Chapter #12

Balik Ke Padang

Lalu, kami keluar dari halaman rumah. Terlihat beberapa tetangga rumah ini, memperhatikan kami sejak di halaman. Kami langsung berjalan agak cepat.

Samar-samar Gunung Marapi terlihat dari balik kabut. Terkesan angkuh dan angker. Tapi tetap memperlihatkan pesonanya. Dalam hati saya membathin untuk mengatakan pamit lagi kepada Kakek.

Rencana ke lokasi air panas tidak sempat lagi. Kami sudah hampir dekat ke simpang Pariangan. Terlihat di kedai, beberapa orang memperhatikan kami. Disaat itu pula ada bus yang melintas berhenti.

Padang-Padang !”, seru kernet bus kepada kami dari seberang jalan. Waktu saat itu sudah pukul 5 lewat. Syukurlah ada juga akhirnya bus yang menuju ke Padang.

Kami mengangkat tangan memberikan kode bahwasanya iya. Tak lupa menyapa orang kedai sambil minta permisi pamit. Orang kedai mengangkat tangan sebagai tanda silahkan.

Dan kami dapat duduk di bangku serap. Tak masalah. Walaupun berdiri atau di lantai, its oke. Raju di depan saya mengambil tempat.

Dalam bus, kami juga jadi perhatian penumpang. Rata-rata kebanyakan anak-anak mahasiswa. Terlihat dari usianya rata-rata masih muda. Di kiri-kanan bangku serap kami, juga mahasiswa.

Pulang mendaki ya Dek?”, tanya perempuan di sebelah kanan Raju.

Iya Kak, baru turun”, jawab Raju dengan menyandar ke salah satu sisi bangku di kirinya.

Biasanya orang turun gunung pasti bawa edelweiss”, sahut satu lagi di samping kiri saya. Terlihat seorang perempuan kaca mata ikut menimpali.

Baru duduk diajak cakap-cakap. Mana bau badan kami lagi gak mandi-mandi, bathin saya.

Gak bawa Kak. Tadi kami turun buru-buru. Khawatir gak dapat bus”, terang saya.

Lihat selengkapnya