💐
Seorang gadis menggerutu di bawah pohon tua besar di persimpangan kompleks rumahnya. Mulutnya tak henti komat kamit merutuki sahabatnya yang masih belum juga menampakan diri.
Setelah merasa ocehannya tidak berguna dan membuatnya tampak seperti orang bodoh, akhirnya Gadis itu mengeluarkan ponselnya dan menekan tombol Call setelah melihat nama Jeno.
"Jeno Cepeeeeet. Capek tau nggak nungguin kamuuuu!"
Hana mengerang di depan ponselnya. Jeno yang mendengar suara Hana di seberang sana menjauhkan ponsel itu dari telinganya, teriakan Hana tidak sedikit membuat gendang telinga Jeno merasakan serangan yang memekakan pagi ini.
"Iya iya, Bentar!"
Laki-laki pemilik puppy eyes itu memutus sambungan telfonnya dengan seukir senyum dan berlari keluar rumah.
Dari kejauhan ia melihat Gadis yang sudah 15 tahun ini menjadi sahabatnya. Gadis itu memunggungi Jeno dengan wajah yang tidak bisa diartikan. Jeno pun berlari menghampiri Gadis itu.
"Hehe.... Pertama kali terlambat juga. Muka nya jangan kayak gitu dong, jelek tau," Jeno mencubit pipi kanan Hana.
"Lepasin!"
Hana memukul tangan Jeno tanpa ekspresi.
"Biarin, aku mau cubit sampai kamu senyum," godanya, kembali mencubit pipi kiri Hana.
"Udah Jen, aku udah gak mempan kamu godain."
Hana melepas kedua tangan Jeno dengan kasar, lalu berjalan mendahului laki-laki itu.
"Tungguin Han!"
Langkah kakinya mulai bergerak cepat mengejar gadis yang sudah jauh di depannya. Hana sudah dalam mode mengamuk, dan giliran Jeno untuk merayunya.
"Aku minta Maaf deh, besok-besok gak bakal telat lagi, Janji."
Jemari tengah dan telunjuknya bergerak membuat tanda V setelah mengakui kesalahannya, mencoba melancarkan agresi merayu tahap pertama. Namun Gadis itu tetap tidak peduli dan mengacuhkannya.
Baiklah, sepertinya mood gadis itu benar-benar sudah down, Jeno harus memikirkan cara lain untuk membuatnya tersenyum.
💐
Suasana kelas pagi ini terlihat kacau seperti biasa, disaat Ujian kelulusan didepan mata, tugas berat tak kunjung meninggalkan mereka.
Kini para pencari nilai itu tengah disibukan dengan Lembaran kertas yang berisi laporan Eksepriment kimia tentang Alkana. Kimia memang selalu melahirkan pertanyaan aneh di otak mereka.
Beruntungnya pagi ini Free Class, hingga para siswa bisa menyelesaikan tugas itu dengan maksimal.
Sementara di perpustakaan dua insan tengah saling tatap-menatap.
Dia adalah Hana dan Jina, Keduanya saling memandang satu sama lain, menumpu wajah mereka dengan kedua telapak tangan itu.
Kebisingan dikelas membawa keduanya ke tempat yang tenang dan damai ini.
Saat semua siswa dikelas disibukan dengan tugas Kimia, Hana disibukan oleh selembar kertas yang sangat menentukan kelanjutan pendidikannya.
Saat yang mendebarkan bagi Hana, satu tindakan yang akan merubah masa depannya, Perpustakaan yang ramai dan tenang ini akan menjadi saksi atas apa yang akan Hana isikan pada kolom terakhir pertanyaannya.
"Hana, kamu pasti bisa!" Hana meyakinkan diri.
"Nggak, nggak bakal bisa," Sanggah Jina.
"Jinaaa, bantuin?" rengek Hana.
"Percaya deh Han sama aku, kamu gak bakal bisa."
Jina melepas tangan yang menumpu wajahnya dan meraih tutup pulpen.
"Trus gimana?" rengek Hana lagi mempoutkan bibirnya. Memperhatikan Jina yang sepertinya akan meninggalkan gadis itu.
"Tinggal nulis Reguler University, Gampang kan."
Benar sekali, Jina meninggalkan Gadis itu bersama lembaran tugasnya.
Tinggalah Hana seorang diri dimeja yang luas itu, memandang kertas yang Sudah hampir tiga hari berada ditangannya.
Hana masih meragukan kolom terakhir itu. Dimana Hana akan melanjutkan kuliahnya?
Jika dirinya mau, Hana bisa saja mengikuti kehendak hatinya. Sayangnya itu beresiko untuk jantungnya.
Hana tidak memilki riwayat penyakit Jantung, Hati atau organ dalam lainnya. Ini masalah perasaan, rasa suka dan ketidakrelaan.
Tekad Hana sudah bulat memilih Regulate University saat melihat sahabat yang dicintainya tengah berjalan beriringan dengan gadis cantik yang Hana sendiri tidak tau siapa dia, lengkap dengan senyum manis dan Puppy eyes yang semakin tegas.
Hana Fikir sahabatnya itu seorang pria tanpa perasaan yang tidak mau bergaul dengan Gadis lain selain dirinya.
Nyatanya tidak, semua kata-kata itu terpatahkan saat Hana melihatnya memasangkan tali sepatu untuk gadis itu.
Wajar, dia seorang laki-laki yang memiliki perasaan, tidak ada salahnya jatuh hati pada seorang wanita.
Otak Hana selalu menginstruksikan kata-kata itu, Namun perasaannya tidak sejalan.
Akhirnya Hana menuliskan Regulate University disana.
Hana tidak ingin sahabat yang ia cintai itu merusak masa depannya dengan membuat Pendidikan Hana terlupakan.
Bahkan hanya dengan melihatnya dari jarak cukup jauh saja sudah membuat Hana gagal memakan Ice Cream. Yah, Ice Creamnya mencair saat Hana memandang keduanya terlalu lama.
Hana tidak bisa membayangkan jika mereka kuliah dikampus yang sama, Hana pasti mendapat nilai F disetiap mata kuliahnya.