💐
"Kok aku nggak normal?"
Jeno mengejar Arjun meminta pertanggung jawaban. Dibagian mana Jeno tidak normal? Jeno rasa dirinya baik-baik saja, kelaminnya lengkap dan cara berfikirnya juga seperti manusia Normal.
Tinggalah Jina dan Dilan ditempat itu.
Awalnya mereka hanya berdiam dan saling melirik, hingga Dilan buka suara dan mengajak Jina kekantin.
"Kantik yuk Na?" ajak Dilan.
"Ngapaian?" jawab Jina jutek.
"Berenang,"
Raut wajah Jina berubah seketika.
"Ya makan lah Na, ngapain lagi coba,"
"Ok, Kamu yang traktir tapi."
Jina melipat tangannya dan mendahului Dilan, sudut bibirnya tertarik keatas. Sepertinya Jina sedang berbunga-bunga, akhirnya mereka kembali berbicara setelah sekian lama.
@ Kantin
Keduanya sedang mencari tempat untuk menikmati makan siang mereka.
"Sini na."
Dilan menuntun Jina ke meja dekat kipas angin.
"Nggak, disini aja."
Jina berjalan kearah Jendela yang menghadap lapangan bola.
Baiklah, Dilan menurut karna dirinya ingin membangun Hubungan yang lebih baik dengan Jina.
"Selamat makan Na," Dilan terlihat semangat.
"Hmm," jawab Jina jutek.
Keduanya mulai menyantap makan siang mereka, Jina sibuk dengan makananya sementara Dilan sibuk melirik gadis itu.
Rindu saat-saat dimana mereka menghabiskan waktu bersama.
"Udah lama ya Na, kita nggak gini?" Dilan buka suara.
"Nggak gini maksudnya? Jangan ambigu deh."
Dilan menghela nafas, biasanya Dilan tidak pernah sesabar ini.
"Maksud aku, udah lama gak makan siang berdua, biasanya bareng yang lain," jelas Dilan.
"Kamu sih ngeselin."
"Kok aku? Bukannya kamu yang emosian terus."
"Jangan mulai deh, makanan aku masih banyak ini, sayang dibuang."
"Iya iya maaf."
Akhirnya Dilan kembali mengalah.
Yah begitulah Jina, walau dirinya sangat merindukan Dilan, gadis itu akan tetap jutek.
Dilan pun sama, biasanya laki-laki itu akan menjawab ucapan Jina. Namun kali ini tidak, cukup sudah tidur nyenyaknya terganggu karna bayangan Jina setiap malamnya.
Dilan tidak bisa menahannya lagi, ia merasa sudah cukup dewasa untuk berterus terang.
Jika dulu Dilan malu mengungkapkan isi hatinya, kali ini tidak. Dilan akan memberitahu Jina dengan bangganya, Jika gadis itu sudah berhasil mengisi ruang Hatinya.
Namun bukan Hari ini, Dilan akan memulainya setelah ribuan rayuan maut ia perdendangkan, dan seluruh kepercayaan Jina ia dapatkan.
💐
"Se-ma-ngat!!....se-ma-ngat!!....se-ma-ngat!!"
"Jeno Jeno!"
"Dilan Dilan!"
Arjun memandang kearah Hana dan Jina. Hana memberi semangat pada Jeno, sementara Jina memberi semangat pada Dilan, tinggalah Chandra yang belum punya penyemangat.
Akhirnya Arjun menyuarakan nama Chandra.
"Chandra Chandra !!"
Hana dan Jina menoleh kearah Arjun, terdengar sangat aneh saat Arjun menyuarakan nama Chandra. Padahal keduanya seperti Tom and Jerry saat bersama.
"Apa?" tantang Arjun.
"Merinding Njun, jangan sampe ya kamu suka Echan," ingat Jina.
"Kasian Echan gak punya pawang."
Keduanya tersenyum dan kembali memberi semangat.
"Jeno Jeno!!"
"Dilan Dilan!!"