Criitttt....
Decitan suara ban mobil terdengar saat bergesekan dengan aspal putih di halaman sekolah favorit di Jakarta, yang terparkir rapi di deretan mobil-mobil mewah. Gadis cantik dengan rok kotak-kotak berwarna biru putih dengan seragam putih yang terbalut rompi berwarna biru, kini berdiri tepat disamping mobil jass putihnya. Alexa Muller ya, itu adalah nama dari gadis keturunan Indo-Jerman itu. Hidung mancung, bibir tipis, mata berwarna abu serta kulit yang putih, sungguh mempesona.
Alexa menatap gedung putih didepannya ini, lumayan juga pikirnya. Dilangkahkan kakinya menuju bangunan klasik sambil menatap semua pintu yang ia lewati. Setiap pasang mata yang menatapnya, membuat ia merasa risih. Bagaimana tidak ? Jika yang melihatnya cowok, mereka melihatnya seperti singa yang melihat daging. Sedangkan kalau cewek yang lihat seakan-akan Alexa adalah musuhnya dari kehidupan sebelum.
"Hei, gue anak baru. Emangnya gak bisa ngasi kesan yang lebih baik apa diawal pertemuan ?" batin Alexa terus saja bercicit melihat setiap pasang mata yang menatapnya.
Kini Alexa benar-benar kesal, ia pun mempercepat langkahnya mencari ruangan kepala sekolah di tempat barunya ini. Namun, disaat Alexa benar-benar putus asa dan berniat menanyakannya kepada orang lain. Ia melihat sebuah ruangan yang bertuliskan nama ruangan yang ia cari sedari tadi. Langsung saja Alexa masuk, tanpa memperdulikan siswa-siswi lainnya.
tok...tok..tok...
"Permisi Pak"
"Alexa Muller ya ? Siswi baru di sekolah ini?" tanya Pak Agus yang melihat kedatangan seorang siswi yang terlihat asing.
"Iya Pak."
"Iya.. iya... silahkan masuk..."
"Baik Pak, terima kasih." Alexa melangkahkan kakinya kedalam ruangan tersebut dan duduk di bangku tamu setelah dipersilahkan duduk oleh Kepala Seolahnya ini. Mereka pun berbincang-bincang mengenai kepindahan Alexa ke sekolah barunya ini, hingga suara bel masuk menghentikan kegiatan mereka tersebut.
Pak Agus pun kemudian mengantarkan Alexa dikelas barunya. Koridor yang awalnya masih diisi beberapa siswa, kini menjadi sepi ketika melihat guru killer tersebut. Alexa menatap setiap ruangan yang ia lewati dengan seksama. Hingga kegiatannya berhenti ketika ia telah sampai dikelasnnya. Dipandangnya setiap sudut kelas barunya itu, masih belum ada guru yang masuk. Wajar saja, karena bel yang berbunyi baru terdengar beberapa detik yang lalu. Sedangkan jarak ruang kepala sekolah dengan kelasnya terbilang sangat dekat.
"Baiklah, selamat pagi anak-anak, disini kalian kedatangan murid baru. Perkenalkan diri kamu Alexa." Entah perasaan Alexa saja atau bukan, suara pak Agus terdengar bergema memenuhi kelasnya itu.
"Halo semuanya, saya Alexa Muller, pindahan dari Bremen High School di Jerman." sadar tidak sadar, setiap kata yang keluar dari mulut Alexa seperti sihir sehingga membuat seisi kelas menatapnya kagum. Jujur saja, Alexa merasa canggung dengan keadaanya ini.
"Baiklah, apakah ada yang ingin bertanya? Jika ada, kalian bisa bertanya saat jam istirahat. " lagi-lagi intruksi dari pak Agus tak bisa dibantah dan pergi begitu saja. Gawat! Alexa sekarang merasa bingung harus duduk dimana. Ia pun menghela nafas dan bertanya.
"Btw, gue duduk dimana ya ?" seisi kelas kini kembali memandangnya.