Jalanan taman ditepi kota memang selalu sepi dipagi hari, terutama saat hari kerja seperti sekarang. Banyak kendaraan berlalulalang dijalan raya, tapi tak ada satupun yang berniat singgah. Jangankan singgah, untuk menoleh saja dapat dihitung hanya dengan menggunakan jari. Sepinya taman, bukan hanya karna padatnnya aktivitas dipagi hari, tapi juga karna letaknya yang jauh dari pusat kota. Namun siapa sangka, dengan kondisi taman yang seperti ini. Keasriannya sungguh terjaga.
Tunggulah sebentar lagi! Akan ada pemuda yang menghidupkan taman ini dipagi hari. Sudah seminggu terakhir kelakuan mereka mengundang perhatian orang yang melintasi aspal hitam tersebut.
Suara deruman motor yang mengaung, kembali menghiasi daerah pepohonan cemara dipagi hari. Dengan setelan seragam yang berbeda, keduanya melaju tanpa memperhatikan keselamatan. Kheiro yang tertinggal jauh dibelakang berusaha untuk mengejar orang yang melesat didepannya. Ntah apa penyebabnya, Kheiro selalu tak sanggup untuk menyaingi Damar. Jangankan menyalip, untuk mensejajarkan motornya dengan Damar saja mustahil rasanya.
Kelokan demi kelokan dilewati, jarak antara Damar dan Kheiro bukannya menipis tapi kian melebar. Hingga saat Kheiro mendekati garis finis, dilihat rivalnya itu tengah duduk santai dimotor sambil melayangkan tatapan mengejek.
"Bangsat." Kheiro merasa kesal karna harus kembali menjadi yang kedua. Pada orang yang sama dan ditempat yang sama pula.
"Sampai kapan pun, lo gak bakal bisa nyaingin gue Key." Sambil menghisap benda nikotil, Damar terus saja meremahkan rival didepannya ini. Dengan geram Kheiro mencekram kerah seragam Damar yang kemudian ditepis dengan tangan Damar.
"Lo mau berantem disini ?" "Masih ada 10 menit." Ucap Damar kembali, setelah dilihatnya benda hitam yang melilit dipergelangan tangannya.
Dengan kesal Kheiro meninggalkan Damar seorang diri. Karna jika mereka memilih untuk bergulat, tak akan ada yang bisa memisahkan mereka, kecuali kejadian terkhir kali digudang sekolah kemarin. Ntah dari mana datangnya Alexa. Apakah takdir mengirimnya untuk menghentikan mereka? Lucu sekali takdir memainkan hidup seseorang.
***
Dari balkon kelas dilantai dua, Alexa dapat melihat sebagian aktivitas dihalaman sekolahnya. Ia menatap gerbang sekolah dengan ditemani segelasCappucino panas yang baru saja dibelinya. Kadang- kadang dialihkannya indra penglihatan menuju rantai kecil yang melingkar manis dipergelangan tangan kirinya. Keadaan sekolah yang beberapa menit lalu sepi kini mulai meramai, dipenuhi murid yang berlalulalang.
Suara deruman motor berhasil menarik perhatian Alexa dari murid lain yang sedang melintas, dilihatnya seorang pemuda baru saja memasuki kawasan parkir dengan helm full face berwarna hitam yang melekat diwajahnya hingga tertutup sempurna. Dari postur tubuhnya saja, Alexa merasa kagum pada pemuda yang baru saja memarkirkan motornya itu. Terus saja dilihatnya hingga pemuda itu melepas helm, menampakkan wajah sang empunya motor, Kheiro.
Alexa memperhatikan teman sebangkunya itu dengan sangat intens, tanpa sempat mengalihkan pandangan ketika ditatap balik. Singkat, hanya sebentar saja adegan tatap menatap, karna Kheiro lebih memilih memasuki gedung putih dihadapannya ini. Alexa pun buru- buru menghabiskan cappucino ditangannya, berusaha menghilangkan gugup yang melanda dirinya. Lalu beralih mencari tong sampah, sebelum memutuskan masuk kedalam kelas.
"Al, gak masuk kelas ?" Alexa pun menoleh ke sumber suara, Cellan berdiri tepat dibelakangnya. Dengan ramah Alexa menyuruh Cellan untuk duluan kekelas yang dijawab dengan gumaman setuju.