“Honey, telpon Aku jika kau kenapa-kenapa. Beri tahu Aku. Aku akan berusaha selalu ada dua puluh empat per tujuh untuk kamu meski Aku jauh darimu.” Dhody mencium kening Josephine. Memberikan ciuman perpisahan untuk tiga hari.
“Iya. Tenang aja. Aku tidak selemah itu. Aku akan bawakan kemenangan ketika kamu kembali.” Josephine sudah memantapkan hati. Ia tidak bisa mengandalkan Dhody untuk bertarung bersamanya di dalam permainan bertahan hidup ini.
“Ssssstttt,” Dhody menyuruh Josephine diam. Ia menyentuhkan jari telunjuk kanannya ke mulut Josephine. “Jangan bahas itu disini. Bisa saja ada pemain lain disini.”
“Apa?” Telunjuk Dhody dijauhkan dari mulutnya dengan tangan kirinya. Ia memundurkan sedikit kepalanya agar ada jarak dengan jari telunjuk Dhody. “Aku kan tidak bilang apa-apa. Aku hanya bilang membawa kemenangan. Bisa berarti apa saja.”
“Ya, kau benar. Bisa berarti apa saja.” Dhody sarkastik. Ia meniru gaya bicara Josephine ketika menyindir Dhody lewat kemampuan sarkastiknya. Perlahan, Ia lepaskan dan Ia turunkan tangan kanannya dari genggaman Josephine.
“Mulai deh.” Josephine membuang muka. Menjatuhkan perhatian matanya ke sekitarnya. Banyak orang-orang yang berlalu lalang di sekitarnya. Ada yang baru sampai, ada juga yang baru saja keluar dari bandara dan di jemput oleh kerabatnya. Dari yang lengkap satu keluarga, hingga yang bepergian sendiri untuk bisnis ataupun sekedar berlibur.