Tsurat Abadi

Harjo S. Royani
Chapter #33

Tiga Puluh Dua

Josephine terguncang. Ia tidak lagi memperdulikan Madam Fahra yang sedang melawan dan menembaki pacarnya tersebut. Ia tidak tahu harus berbuat apa di tengah baku tembak yang sedang terjadi ini. Ia hanya bisa mengeluarkan air mata, menatap langit biru yang cahayanya sudah tidak bersinar terang seperti Ia berada di bandara.

Madam Josephine dan Black masih berusaha melawan Dhody. Menembakinya terus menerus, seakan-akan memiliki peluru yang tidak ada habisnya. Sesekali mereka mengisi pistolnya dengan dua belas peluru yang sudah dipasangkan pada tempat peluru cadangan yang mereka siapkan. 

Aldo yang bersembunyi di balik mobil merah yang berada di sebelah mobil Madam Fahra, merencanakan kabur dari situasi yang menjebaknya. Sambil duduk dan bersandar di mobil tersebut, Ia mendengarkan baku tembak yang terus menerus terjadi. Ia masih tidak mengetahui siapa mereka semua ini. Dan yang paling mengherankan, mengapa orang-orang tidak ada yang menghubungi polisi satu pun. 

Selain itu, Ia masih mengasihani Andre yang telah menyelamatkannya dari kematian. Orang yang telah menyelamatkan dirinya dari kematian kemarin, harus menjumpai kematian hari ini. Sungguh mengenaskan. Ia sangat berterima kasih atas pertolongan yang diberikan oleh Andre. Ia telah membawanya kerumah sakit dan langsung dimasukkan ke UGD dan dioperasi. Hasil operasinya pun benar-benar menyelamatkannya. Perban-perban yang terbalut di tubuhnya telah membantu mempercepat menyembuhkan luka-lukanya. Ia masih menggenggam headset kuning dengan tangan kanannya. Khawatir jika tiba-tiba salah satu dari mereka merebut headset tersebut secara terang-terangan dari dirinya. 

Kini, Ia harus membuat rencana yang tepat untuk kabur dari situasi ini. Beraliansi dengan kedua perempuan yang baru saja ditemuinya ini sungguh konyol. Menurut Aldo, mereka berdua sungguh konyol. Baru pertama kali bertemu sudah mengajak dirinya untuk beraliansi dengannya. Aldo memikirkan pesan terakhirnya Andre yang mengatakan bisa saja mereka berdua - Josephine dan Madam Fahra - berniat menyingkirkan dirinya tepat setelah mengalahkan pemain lain. Pemikiran tersebut membuat pikiran Aldo kemana-mana. Aldo berpikir, bahkan bisa saja mereka berdua langsung membunuh dirinya tepat ketika Aldo mulai mempercayai mereka berdua sebagai aliansinya. Itu bisa terjadi. Dalam permainan hidup dan mati ini, apapun bisa terjadi. Apapun bisa dilakukan oleh orang-orang untuk dapat bertahan hidup dan memenangkan permainan ini. Orang-orang yang bukan pilihan Black pun bisa menjadi brutal dan menginginkan dirinya ikut serta permainan ini demi hadiah yang dijanjikannya. 

“Itu KONYOL!” Tanpa sadar, Aldo berteriak ketika memikirkan hal-hal tersebut.

“Kamu…” Josephine mulai berbicara, ketenangan mulai menghampiri hatinya. Ia mulai menganggap arti kepergian Dhody ke Singapura adalah untuk membunuhnya, meski Ia tidak tahu apa tujuannya. “Kamu tidak perlu khawatir. Jika kami memang ingin membunuh kamu demi kepentingan kami, kami sudah menghabisi kamu dan teman kamu terlebih dahulu dengan pistol yang Madam Fahra miliki sebelum Dhody datang.”

Dhody? Siapa itu? Apakah dia itu adalah pria yang disana dengan jaket putih yang menembaki orang yang telah membunuh Andre? Atau dia yang membunuh Andre? 

Lihat selengkapnya