Tsurat Abadi

Harjo S. Royani
Chapter #40

Tiga Puluh Sembilan

Josephine melihat ke arah Black berdiri. Black bersiap-siap memutar untuk menghadapi Boby. Josephine pun bersiap-siap untuk bangun dan lari melindungi dirinya di bawah meja tempat Black berada. Ia bisa berlindung dari serangan Boby dibawah meja tersebut dengan menggunakan sisi kiri meja bagian bawah yang terdapat loker kecil yang dapat menghalang senjata yang Boby gunakan agar tidak mengenai dirinya. Sejenak, cahaya bulan tertutupi awan yang bergerak. Hembusan angin turut mendukung suasana yang akan segera berlangsung. Black bersiap-siap menunggu cahaya kembali datang dan masuk menerangi gedung.

Sunyi, sepi. Kegelapan menelan seluruh ruangan. Tanpa ada suara, Black, Josephine, dan Boby menyiapkan dirinya masing-masing. Dari luar gedung, Boby membawa semua pisau yang bisa Ia bawa dalam sabuknya, dua pistol yang Ia gantung pada sabuknya, dan beberapa granat. Ia bersandar pada dinding gedung dekat dengan pintu keluar masuk gedung, memegang kedua pistolnya yang tergantung di kanan dan kiri pinggangnya, dan menunggu cahaya datang.

Tepat ketika awan langit pergi meninggalkan matahari, dan sinar rembulan malam hari masuk menyinari gedung, Black memutar badannya sambil mengeluarkan pistol. Ia menggenggam pistol tersebut dengan kedua tangannya dan mengarahkan pistol tersebut ke arah Boby berada. Josephine langsung bangun dan berlari dari kursinya ketika Black memutar badannya. 

Tembakan pun Black lontarkan. Satu peluru mengarah tepat ke arah Boby berada. Hanya saja, peluru tersebut menghantam tembok. Ia mengira, Boby berada didalam gedung, bersandar pada dinding dan bersembunyi dalam kegelapan. Tetapi, perhitungannya salah. Boby berada di luar gedung. Setelah dipikir-pikir, cahaya rembulan yang masuk dari arah Boby berada tidak akan membentuk bayangan seseorang di lantai. Karena orang tersebut tidak akan terkena sinar tersebut. Bayangan yang Ia lihat ternyata bayangan Boby yang berada di luar. Sinar rembulan membentuk bayangan Boby yang mengarah ke dalam. Dan itu menjadi masuk akal jika Boby memang berada di luar gedung. 

"Oh, man!" Ujar Black. Ia mengeluh atas perhitungannya yang gagal.

Boby yang berada di luar, melihat adanya kesempatan untuk menyerang. Diambil satu granat dari salah satu saku celananya dan Ia melemparkan granat tersebut sambil melompat ke sisi pintu yang lain dan bersembunyi kembali di balik tembok. Pintu-pintu yang terbuka tersebut memberikan celah yang cukup besar untuk dapat melemparkan granat yang Boby miliki.

Black yang melihat Boby bergerak, menembaki pelurunya ke arah Boby berada. Ia menembaki Boby hingga empat kali. Tetapi, tembakan yang keempat telah mengenai granat yang Boby lempar. Granat yang sedang melayang tepat ke arah Black berada meledak begitu saja di depan wajah Black. Lemparan yang dilakukan Boby ternyata cukup jauh hingga sampai ke tempat Black berada. 

Tetapi, itu tidak cukup untuk melukai Black. Ledakan dari granat tersebut tidak cukup jauh untuk dapat melukai Black. Granat tersebut meledak tepat diatas kursi tempat Josephine diikat dan hanya berhasil menghancurkan kursi tersebut. Beruntung Josephine telah pergi ke bawah meja. Black hanya melompat sedikit kebelakang untuk mengambil posisi tiarap untuk memastikan pecahan-pecahan kayu dari kursi tersebut tidak mengenai dirinya. Ledakan granat tersebut membuat banyak pecahan-pecahan kayu dari kuris tersebut berserakan.

“Sialan.” Ujar Black dengan tangan yang melindungi kepalanya. 

Dengan cepat, Boby mengambil langkah selanjutnya untuk menyerang Black. Ia berlari dalam kegelapan untuk berpindah posisi. Karena tentunya, posisi Boby sudah diketahui dengan pasti oleh Black. Hanya saja, Boby telat beberapa detik untuk berlari. Ia berlari ketika efek dari ledakan tersebut benar-benar telah selesai dan Black yang kebetulan sudah tidak melindungi kepalanya dari ledakan tersebut, telah melihat bayangan Boby yang sedang berlari.

Lihat selengkapnya