Tsurat Abadi

Harjo S. Royani
Chapter #41

EMPAT PULUH

Josephine kaget akan tembakan tersebut. Ia menutup kepalanya dengan kedua lengannya agar terlindungi, dan berjongkok sambil menutup mata. Ketika Ia membuka matanya, Josephine melihat tubuh Black yang bersandar pada dinding di belakangnya yang sudah tidak bernyawa. 

Secara tidak sadar, Josephine bangun dan berlari ke arah tubuh Black berada. Ia berusaha menghampiri tubuh yang sudah tidak bernyawa tersebut. Tetapi, Boby tiba-tiba memberikan satu tembakan tepat di depan Josephine berada. Tembakan tersebut menghentikan langkahnya Josephine untuk menghampiri Black. Ia pun sadar dan bertanya-tanya mengapa Ia perlu menghampiri tubuh orang yang menjadi penyebab semua ini. 

Tembakan kedua pun Black lakukan lagi. Peluru tersebut mengarah tepat ke  sebelah kanan kaki Josephine. Josephine dengan cepat mengangkat kaki kanannya untuk menghindari peluru tersebut. Tetapi, Josephine terjatuh akibat tubuhnya yang tidak seimbang untuk berdiri dengan satu kaki kirinya. Ia jatuh terduduk tepat ketika suara tembakan terdengar dan peluru menancap pada lantai tanpa keramik tersebut. Membuat lubang kecil di lantai. 

Boby yang melihat hal tersebut pun tersenyum. Ia berpikir bahwa Josephine bisa diajak bercanda untuk sesaat dan memberikan hiburan untuk dirinya. Boby pun melangkahkan kakinya masuk ke dalam gedung. Dengan pistol yang masih mengarah ke arah Josephine berada, Ia berjalan secara perlahan. Tembakan demi tembakan Ia lontarkan. Tetapi, tidak ada satupun yang mengenai Josephine. Ia membiarkan hal tersebut terjadi. 

Josephine yang menjadi target dari tembakan tersebut, berusaha bangun dan lari dari Boby. Ia berlari melangkahkan kakinya keluar gedung selagi tembakan-tembakan tersebut mengarah dan melewati Josephine.

Peluru terakhir Boby tembakan. Tetapi tetap tidak mengenai Josephine. Jarak Boby dan Josephine semakin dekat ketika peluru tersebut ditembakan. Josephine berhasil melewati pintu gedung di depannya. Boby yang terlalu malas untuk mengganti sarang peluru pistolnya, Ia lemparkan pistol tersebut ke sampingnya dengan gaya dan berhenti melangkah. Josephine yang menengok ke belakang dan melihat Boby berhenti, menaikkan kecepatannya dan tidak tertatih-tatih lagi ketika berlari. Josephine dapat berlari dengan normal seperti biasanya. Tetapi, tepat ketika Ia menuruni tangga kecil, Boby mengambil satu pisau dari sabuk yang terbalut pada paha kaki kirinya. Ia melemparkan pisau tersebut dari posisinya Ia berdiri yang tepat berada di tengah-tengah ruangan yang sebelumnya menjadi tempat Josephine terikat dengan kursi yang sudah hancur oleh bom yang Ia sendiri lempar. Pisau tersebut Boby lempar dan menancap pada betis kiri Josephine ketika Josephine telah melangkahkan kaki kanannya di tangga terakhir. Josephine pun terjatuh akibat pisau tersebut.

“Aaaaaaaaaaa…” Teriak Josephine. 

Josephine berteriak cukup keras. Ia tidak dapat menahan rasa sakit dari tusukan pisau tersebut pada kakinya. Ia mulai mengeluarkan air matanya. Tetapi, Ia tidak sempat untuk menangisi hal tersebut. Ia berusaha merangkak dengan kedua tangannya untuk menjauhi Boby.

Boby yang melihat pisau tersebut tertancap di kaki Josephine, melangkahkan kakinya dan menghampiri Josephine. Ia melihat Josephine yang sedang tertatih-tatih berusaha menjauhi dirinya. Tetapi, usaha itu percuma. Boby tetap berhasil menghampiri Josephine dengan cepat. Usaha Josephine merangkak dengan kedua tangannya tidak dapat membuat Ia menjauh dari Boby. Tetapi, Boby tidak melakukan apa-apa. Ia hanya berjalan secara perlahan di belakang Josephine. Berhenti sejenak agar ada jarak dari usaha Josephine yang sedang merangkak, dan berjalan kembali. Dengan kedua tangannya yang Ia masukkan ke dalam saku celananya, Ia menikmati pemandangan tersebut. Ia tidak ingin mengakhiri hiburannya cepat-cepat. Ia ingin menikmati terlebih dahulu penderitaan Josephine. 

Secara bergantian, lengannya Ia taruh di tanah di depan kepalanya dan Ia tarik badannya. Sedikit demi sedikit, Josephine berusaha menarik badannya menjauhi Boby ketika Ia melihat bayangan Boby. Ini mengindikasikan kalau Boby sangat dekat dengan dirinya. Air matanya yang terus mengucur di wajahnya tidak sempat Ia usap. Ia benar-benar tidak bisa berbuat apa-apa meski pistolnya masih Ia genggam dengan tangan kanannya. Darah yang keluar dari kakinya yang tertancap pisau, mengalir dan membuat jejak di tempat bekas Josephine merangkak. 

Merasa puas dengan melihat usaha Josephine merangkak, Ia berjalan ke depan Josephine dan membuat Josephine berhenti ketika Ia melihat kaki Boby berada tepat di depan wajahnya. Ia menundukkan kepalanya, mengarahkan matanya ke kepala Josephine. Ia pun berlutut ketika Josephine melihat ke wajahnya dengan air mata di wajahnya Josephine. 

Lihat selengkapnya