Tsurat Abadi

Harjo S. Royani
Chapter #42

Empat Puluh Satu

Boby berhenti tertawa. Wajahnya yang memberikan ekspresi kesenangan diri, berubah menjadi wajah polos tanpa tahu apa-apa. Boby kebingungan ketika melihat seorang wanita yang tiduran di tanah membelakangi dirinya dengan pisau yang tertancap dan darah yang mengalir keluar dari kakinya. Ia langsung mencabut pisau yang tertancap di kaki perempuan tersebut dan melemparnya. Ia pun terjatuh ke belakang dan duduk di tanah karena terkejut akan hal tersebut.

Hujan mulai turun. Sinar rembulan benar-benar tertutup awan mendung. Perlahan namun pasti, rintik-rintik hujan berubah menjadi hujan yang cukup lebat. Cukup untuk membasahi dan melembabkan tanah yang kering. Josephine yang sedang merasakan luka yang masih terbuka akibat tancapan pisau yang telah dicabut secara paksa, semakin merasakan sakit pada kakinya ketika hujan menghantam kulitnya dan kakinya yang terbuka akan luka dari pisau dan tanah yang kotor akibat pisau yang kotor.

Boby yang kini merasa dirinya tidak mengetahui apa-apa, Ia merasa iba melihat seorang perempuan merintih kesakitan di hadapannya. Ia bangun dari posisi duduknya, berjalan dengan cepat, menghampiri kepala Josephine, mengangkat tangan kanannya yang memegang pistol, dan mengkalungkannya ke lehernya.

“Ayo cepat!” Perintah Boby. “Hujannya lebat. Aku tahu kamu kesakitan.” 

Boby secara tidak langsung meminta Josephine memberikan tangan kirinya untuk dirangkulkan ke lehernya juga. Dengan begitu, Boby bisa mengangkat dan menggendong Josephine di belakangnya dan membawanya pergi meneduh ke gedung gudang yang ada di depannya dan meninggalkan gudang yang telah menjadi tempat kematian Black.

Josephine dengan rasa sakit pada kakinya dan rasa bingung pada dirinya, memberikan tangan kirinya dan merangkulkan tangannya ke leher Boby. Ia menarik tubuhnya sambil menahan rasa sakit pada kakinya agar dapat menggapai tubuh Boby. 

Hujan terus turun dari langit menyentuh tanah dan Air terus menghantam kakinya Josephine. Boby yang telah dirangkul dengan kedua tangannya Josephine beserta pistol di tangan kanannya, mengangkat Josephine dengan sekuat tenaga dan berusaha memposisikan tubuhnya untuk berdiri. Boby berjalan sekitar lima belas langkah sambil menggendong tubuhnya Josephine. Sedangkan kakinya, dibiarkan terseret begitu saja karena Josephine benar-benar tidak dapat menggerakkan kakinya. Josephine tidak mampu untuk mengangkat kakinya sambil menahan rasa sakit yang Ia rasakan. Jejak kaki yang Boby buat tersapu begitu saja akibat kaki Josephine yang terus terseret pada tanah dan membuat dua garis yang saling berjejer hingga mereka sampai pada pinggir gudang. 

Sesampainya di gedung, Boby membaringkan tubuh Josephine sejajar dengan pinggiran lantai gedung. Gedung tersebut sama-sama memiliki lantai yang lebih tinggi dari tanah disekitarnya dan memiliki beberapa anak tangga untuk mengaksesnya. Josephine dibaringkan dengan tubuh yang juga menghadap ke lantai. 

Lihat selengkapnya