Tsurat Abadi

Harjo S. Royani
Chapter #43

Empat Puluh Dua

Di dalam kamar rawat, dengan kondisi tubuh yang terbaring di atas kasur Rumah Sakit Umum Batavia, Josephine terbangun. Ibunya dan pacarnya yang mengira Josephine akan koma lagi dan tidak sadarkan diri untuk waktu yang tidak tahu kapan Josephine bangun, merubah pikirannya. Josephine hanya pingsan untuk beberapa saat. Mereka melihat Josephine yang mulai membuka matanya ketika kembali masuk ke ruang rawat setelah mereka bertemu dengan Dokter Faisal. 

Di atas kasurnya, Josephine bangun dari pingsannya. Menatap langit-langit yang bersinar akibat lampu ruangan yang tergantung. Suster yang berada di sampingnya memeriksa beberapa hal dari tubuh Josephine. Dengan ajaib, Josephine bangun dengan kondisi prima. Ia bangun dengan nadi, nafas, detak jantung, tensi darah yang sangat normal. Suster tersebut menekan tombol yang menempel di dinding ruangan di belakang ranjang Josephine. Tombol tersebut menuju langsung ke tempat suster jaga berada yang nantinya akan dihubungkan dengan dokter yang merawat pasiennya. Suster tersebut bermaksud untuk memanggil Dokter Faisal dari ruangannya. 

“Josephine.” Ujar Dhody.

Dhody berdiri di depan Ibunya Josephine. Menjadi orang pertama yang Josephine lihat ketika Ia bangun. Dengan wajah yang terpaut senyum, Dhody menunjukkan ekspresi bahagia karena Josephine telah sadar kembali. Sedangkan Ibunya Josephine berada di belakang Dhody. Mereka berdua berada di sebelah kiri dari ranjang Josephine. 

“Dhody!” Ucap Josephine ketika bangun.

Dengan tiba-tiba, Josephine langsung bangun dan memeluk Dhody dan mulai menangis tanpa memperdulikan selang infus yang terhubung pada tangannya. Dhody yang melihat hal tersebut langsung membalas pelukkan yang diberikan Josephine. Rangkulan Josephine pada leher Dhody benar-benar erat. Kesedihan Josephine berubah yang tadinya hanya tangisan kecil, menjadi tangisan yang cukup membuat Dhody dan Ibunya juga ikut menangis. Tangisan Josephine yang tiba-tiba terjadi itu merupakan sebuah bentuk kesyukuran akan dirinya karena telah berhasil bangun dari mimpinya. Ia benar-benar bersyukur karena bisa bertemu dengan Dhody dan berkumpul bersama Ibunya. Semua mimpi buruknya telah usai. Mimpi-mimpi buruk yang Ia alami ketika Ia koma telah selesai. Ia tidak harus mengalami mimpi-mimpi itu lagi. Josephine pun melepaskan pelukannya ketika Ia berhasil menenangkan dirinya sejenak, sebelum Ia menangis kembali ketika memeluk Ibunya. 

Tidak lama kemudian, Dokter Faisal datang. Ia langsung menerima laporan dari suster yang berjaga itu dan menghampiri Ibunya Josephine dan Dhody. Josephine yang sadar akan kehadiran Dokter tersebut, langsung berusaha meredakan tangisannya dan menghapus air matanya dari wajahnya. 

“Ibu dan Mas Dhody tolong ikut saya sebentar. Ada yang mau saya bicarakan.” Ujar Dokter Faisal.

“Sebentar, Ya nak.” Ujar Ibunya Josephine.

Lihat selengkapnya