… pagi harinya.
“Madam Fahra.” Sapa Dokter Faisal sambil mengulurkan tangan untuk berjabat tangan.
“Dokter Faisal.” Fahra merespon uluran tangan tersebut.
“Please.” Dokter Faisal melepaskan jabatannya tersebut dan mempersilahkan Madam Fahra duduk di kursi tamu di meja kerjanya.
Mereka berdua pun duduk di kursi yang ada pada meja kerja di ruangan Dokter Faisal.
“Langsung ke topiknya saja. Jadi, bagaimana kondisi pasien yang Anda ceritakan?”
“Namanya Josephine. Kepalanya mengalami benturan yang cukup keras ketika kecelakaan. Obat yang saya berikan harusnya membuat dirinya mengalami halusinasi selama koma seperti kesebelas orang yang sebelumnya juga telah menggunakan obat tersebut, tetapi gagal.”
Dokter Faisal membuka map yang berisi daftar nama pengguna obat Pilkada dan memberikannya kepada Madam Fahra.
“Pada dasarnya obat tersebut memang merupakan gabungan dari bahan-bahan yang jika dijadikan sebuah obat-obatan akan memberikan efek halusinasi yang parah. Tetapi, dengan dosis yang tepat, kita membuat obat baru yang tujuannya untuk membuat penderita koma yang tidak sadarkan diri dengan waktu yang tidak dapat ditentukan dapat bangun dengan cepat.” Lanjut Dokter Faisal.
“Dan kita membutuhkan penjelasan mengenai halusinasi yang pasien ini alami ketika koma. Karena dia pasien pertama yang berhasil ditangani dengan obat tersebut setelah memakan dua belas pasien sebelumnya.” Dokter Faisal menyelesaikan kalimat-kalimatnya.
Sambil mendengarkan kalimat demi kalimat yang Dokter Faisal katakan, Madam Fahra melihat-lihat isi dari map tersebut. Map tersebut berisi beberapa lembar dokumen mengenai kondisi penggunaan dari obat tersebut. Semua tampak sama, dari pemberian dosis, jadwal penggunaan, durasi, dan sebagainya. Tetapi, hanya lembaran Josephine yang memberikan perbedaan isi. Josephine berhasil bangun dari komanya. Josephine menjadi pasien yang pertama kali berhasil menggunakan obat tersebut.
“You know what? Sebenarnya saya sudah tidak ingin berurusan dengan penggunaan obat tersebut sejak gagalnya pasien ke sepuluh. Tetapi, pasien ke dua belas kamu seakan-akan memberikan harapan baru.” Ujar Madam Fahra.
“Iya, karena itu lah saya menghubungi kamu kembali.” Timpal Dokter Faisal.
“Jadi, mari kita kumpulkan informasi dari dia sebanyak-banyaknya,” Madam Fahra menutup map tersebut dan meletakkannya di atas meja. “Kita membutuhkan informasi tersebut. Kita belum tentu dapat menemukan orang lain yang bisa menjadi keberhasilan atas penggunaan obat tersebut.
Dokter Faisal bangun dari kursinya. Ia mengambil Jas putih yang tergantung di belakang kursinya. Memasukkan tangan kanannya ke dalam lengan Jas tersebut, begitu pula dengan tangan yang satunya. Mengambil buku catatannya yang berada di dalam laci meja kerjanya. Dan bersiap menemui Josephine.
“Kau benar. Ada baiknya kita bertemu orangnya langsung. Saya sudah bilang ke pasien tersebut akan bertemu dan membahas hal ini. Akan saya perkenalkan kamu dengannya.” Ujar Dokter Faisal.
Dokter Faisal berjalan ke arah pintu, membuka pintu tersebut untuk mempersilahkan Madam Fahra melangkahkan kaki keluar terlebih dahulu sebelum dirinya.
Madam Fahra bangun dari kursinya, mengambil tas tangan yang Ia letakkan di pinggir meja sebelah kanan. Mengambilnya dengan tangan kanan yang kemudian Ia pindahkan ke tangan kirinya. Ia berjalan keluar sambil menjinjing tas tersebut dengan tangan kirinya.
“Ladies first.” Ujar Dokter Faisal sambil meledek kawan lamanya tersebut.
Madam Fahra hanya memberikan senyuman tipis untuk merespon ledekan dari kawan lamanya itu sambil Ia berjalan keluar. Disusul dengan langkah kaki Dokter Faisal yang melangkah keluar mengikuti Madam Fahra. Ia tutup pintu tersebut ketika sudah berada di luar ruang dan menguncinya.
“Pasien tersebut ada di ruangan VVIP.” Dokter Faisal berjalan di sebelah kiri Madam Fahra.