Josephine bersiap-siap untuk mengenakan hijab nya. Tidak terbiasa Ia jika pergi ke mal – atau kemanapun – tanpa hijab. Pashmina hijau gelap yang Ia beli dari temannya – bertujuan untuk mendukung usaha temannya – Ia kenakan sedemikian rupa yang menambah kecantikannya dimata Dhody. Tak butuh waktu lama bagi Josephine untuk membalut kain tersebut di kepalanya. Dhody yang memperhatikan Josephine dari awal hingga Ia selesai membalut kain tersebut di kepalanya, mengeluarkan senyum tanpa beban, senyum yang bersyukur perempuan secantik Josephine bisa Ia dapatkan sebagai pendamping hidupnya nanti. Menurut Dhody, tidak ada perempuan lain yang dapat menggantikan kecantikannya Josephine ketika Josephine memakai hijab di kepalanya.
Di basement dua, tempat Dhody memarkirkan mobilnya, Dhody tidak banyak melihat mobil. Hanya beberapa mobil yang dapat dihitung dengan menggunakan jarinya.
Mungkin masih pagi. Pikirnya.
Jam di lengan kanan Dhody yang menunjukkan pukul 12 lebih 7 menit, membuat Dhody mengajak Josephine makan terlebih dahulu sebelum menonton film tersebut. Karena Josephine sedang ingin sekali makan ramen, Ia memutuskan untuk mengajak Josephine ke tempat makan bernuansa jepang. Ia merangkul Josephine, meletakkan tangannya di pinggang Josephine, berjalan menuju elevator untuk dapat naik ke lantai dasar.
Ada dua elevator yang saling berdampingan. Dengan satu tombol otomasi yang mengatur berhenti-tidaknya elevator tersebut. Dhody tekan tombol arah panah ke atas tersebut agar elevator tersebut dapat berhenti di basement itu. Basement dua adalah basement paling bawah yang dapat menggunakan elevator. Jika mereka meninggalkan mobil di basement tiga, mungkin perlu menaiki tangga terlebih dahulu untuk menggunakan elevator tersebut.
Ting. Bunyi elevator yang tiba. Pintu elevator yang terbuka secara otomatis, memperlihatkan isi di dalamnya. Hanya ada dua orang perempuan dan satu laki-laki yang menutup wajahnya dengan masker.
Dhody pun bersiul dengan sengaja setelah melihat orang-orang didalamnya. Ia menatap mata Josephine dan mengajak Josephine masuk ke dalam elevator. Kedua wanita tersebut yang berada di pinggir kanan eskalator dan laki-laki pengguna masker tersebut yang berada di sisi satunya, membuat Josephine dan Dhody mudah memasuki elevator tersebut. Tombol di dalam lift sudah menunjukkan tujuan akhirnya, lantai dasar. Hanya tombol lantai dasar yang menyala. Dhody tidak perlu repot-repot menekan tombol tersebut. Pintu pun tertutup tak lama kemudian. Dan langsung menuju lantai dasar tanpa ada kendala.
Seperti biasa, sesaat setelah pintu elevator terbuka, suasana keramaian mal – tipikal mal di kota besar – langsung menyerang telinga Josephine dan Dhody. Mereka pun keluar dari elevator satu per satu. Dua wanita yang ternyata memang pergi bersama melangkahkan kaki terlebih dahulu, disusul oleh pria bermasker yang, setelah Dhody perhatikan, menggunakan earphone di telinganya. Dhody dan Josephine menjadi orang terakhir yang keluar dari elevator.
Mal ini tidak begitu besar. Elevator yang mengantar Josephine dan Dhody sampai ke lantai dasar, tidak mengantarkan mereka berdua langsung ke elevator selanjutnya. Josephine dan Dhody perlu berjalan ke sisi Mall yang lain agar dapat menggunakan elevator lagi. Tapi, menurut mereka, lebih baik jalan berkeliling mal, menggunakan eskalator, melihat-lihat barang, daripada harus langsung ke sisi gedung mal yang lain hanya untuk menggunakan elevator.
Toko baju Kamu Unik contohnya. Tempat dengan pelayanan pegawai terbaik yang pernah Josephine dan Dhody kunjungi. Josephine biasa membeli pakaian di toko tersebut. Di belakang gedung, yang mana masih termasuk wilayah mal, terdapat tempat yang biasa pengunjung sebut sebagai downtown. Tempat yang biasanya menampilkan para penyanyi dan grup band membawakan sebuah lagu. Mencoba memulai popularitas dengan tampil di panggung panggung seperti itu. Orang-orang yang menyaksikan penampilan tersebut, bisa meminta penyanyinya – atau siapapun yang tampil – untuk menyanyikan lagu pilihannya.