“Akhirnya, dirumah lagi.” Josephine berbicara.
“Ya. Untuk sementara, lebih aman di rumah.”
DOOORR.
Terjadi tembakan di rumahnya. Tembakan tersebut menghantam jendela rumah, membuat kaca jendela menjadi pecah berkeping-keping dan berjatuhan ke lantai. Dhody yang baru saja membuka pintu mobil, berniat untuk turun dari mobil, terhenti sejenak.
“What the…”
Josephine yang berada di dalam mobil, terkejut dan langsung menolehkan kepalanya ke arah Dhody berada. Ia bertanya-tanya di dalam hatinya, ada apa di luar mobil.
“Berhenti disitu!” Suara perempuan muncul dari luar teras rumah Dhody. Dengan menggenggam sebuah pistol berwarna perak dengan kedua tangannya, perempuan itu menodongkan senjatanya ke arah Dhody.
Dhody langsung melepaskan tangan kirinya dari genggaman pintu mobil yang Ia buka. Tanpa menoleh ke Josephine, Ia langsung mengangkat tangannya setinggi bahu. Ia berharap perempuan ini tidak mengetahui ada orang lain, yaitu Josephine, di dalam mobil. Tapi sayangnya, perempuan itu mengetahuinya.
Dari belakang mobil, perempuan itu mengubah arah pistolnya yang tadinya ke arah Dhody, kini di geser ke kiri ke arah mobil. Kini, perempuan itu hanya menggenggam pistolnya dengan tangan kanannya saja. Ia tembakkan pistol tersebut ke arah mobil. Menghantam kaca belakang mobil hingga tembus keluar melalui kaca depan mobil. Berhamburan kaca-kaca tersebut jatuh ke bawah.
“Kamu, yang berada di dalam mobil, jangan coba-coba menelepon polisi, atau saya tembak langsung kamu dari sini,” Dia mengancam Josephine yang berada di dalam mobil. “Keluar kamu.”
Josephine turun dari mobil melalui pintu sebelah kirinya. Ponselnya Ia letakkan di dalam mobil, Ia sedang mencoba menghubungi Ibunya melalui panggilan Whatsapp. Tetapi tidak ada jawaban sama sekali. Kedua tangannya Ia angkat agar perempuan itu yakin Josephine tidak menghubungi siapapun.