… Lima bulan sebelumnya …
“Honey, Aku jalan dulu ya.” Dikecup dahi Fahra dengan lembut oleh suaminya. Di bandara Sayuti Melik, Fahra ditinggalkan oleh suaminya untuk melanjutkan studi di Eropa. Fahra yang bekerja disebuah rumah sakit sebagai psikiater, harus rela berjauhan untuk sementara waktu demi studi S3 nya sang suami. Ia antar sang suami hingga di bandara. Dihabiskannya waktu-waktu terakhir bersamanya sebelum sang suami berangkat.
“Please. Hubungi Aku kalau sudah sampai. Jangan coba-coba cari wanita lain disana. Makan yang banyak. Jangan sampai kamu tidak makan. Jaga lambung kamu!” Fahra berpesan kepada sang suami sebanyak mungkin. “Please!”
Di usap kepala Fahra oleh suaminya dengan tangan kirinya. Membuat rambut Fahra sedikit berantakan. “Tenang. Aku akan baik-baik saja.” Sang suami berkata sambil tersenyum.
Fahra sedikit tidak rela jika Ia harus berpisah untuk sementara waktu, meski Ia bisa menghubunginya melalui panggilan video. Tidak akan sama rasanya mengobrol secara tatap muka dengan hanya melalui panggilan video. Ia tidak akan merasakan hangatnya pelukan dari sang suami. Fahra mulai menitikkan air mata, berharap ini tidak benar-benar terjadi.
“Sudah, sudah,” Diusap air mata tersebut oleh sang suami. “Tidak perlu bersedih. Aku akan pulang berkali-kali hanya demi menemuimu nanti.”
“Janji?” Fahra menginginkan janji dari suaminya.
“Janji.” Dikecup untuk kedua kalinya dahi Fahra oleh suaminya. Tanda sebagai Ia harus berangkat sekarang.
“Perhatian. Penumpang pesawat Rajawali Indonesia dengan nomor penerbangan RI512 tujuan Italia, dipersilahkan naik ke pesawat udara melalui pintu A10…” Diulang sebanyak dua kali pengumuman dari bandara tersebut untuk para penumpang.