… Sekarang …
Di dalam rumah, Josephine tidak tahu harus berbuat apa. Ia hanya bisa mengambil buku usang tersebut yang Ia sembunyikan di dalam kamarnya.
Dokter sialan! Jika saja Aku tidak mengatakannya secara lengkap mengenai paket tersebut tadi ketika konseling. Atau jika saja Aku masih berada di dalam mal bersama Dhody, mungkin dia tidak akan mengancam kami dan merebut paksa paket yang Aku terima! Josephine mengeluh di dalam hatinya mengenai keadaan yang dia dan Dhody Alami.
Wait, paket?
Josephine ambil buku tersebut dari rak buku yang Ia sembunyikan. Ia masukan kedalam kotaknya persis seperti saat pertama kali Dhody terima. Ia bawa paket tersebut turun dari lantai kamarnya, siap Ia berikan untuk Madam Fahra yang sedang mengancam pacarnya di teras.
Tanpa sengaja, Ia melihat tongkat baseball yang tergantung pada tempatnya di tembok di ruang televisi. Ia ambil tongkat tersebut, Ia sembunyikan di balik tubuhnya. Ia pegang dengan tangan kirinya.
***
DOORR! Fahra tembakan peluru keempat yang berada di dalam pistolnya ke arah dinding tembok yang menggantung engsel pintu masuk rumah tersebut. Dengan tenang Ia hitung sisa peluru yang Ia punya. “Jangan coba-coba kamu melawan. Pukulan baseball itu tidak akan berguna melawan pistol yang Aku gunakan ini.
Baru saja Josephine membuka pintu rumahnya untuk memberikan paket yang Ia miliki, Fahra sudah mengetahui kalau Josephine membawa pukulan baseball di punggungnya. Meski begitu, Dhody tidak bisa menengok keadaan Josephine yang berada di sampingnya. Dengan perasaan takut, Josephine jatuhkan pemukul baseball tersebut ke belakang. Kini Josephine benar-benar tidak bisa melawan madamnya itu.
“Cepat berikan!” Fahra melihat sebuah kotak berwarna coklat dibawa oleh Josephine. Warna kotaknya sungguh berbeda dengan yang diterimanya. Tapi terdapat lambang yang sama.
Secara perlahan, Josephine maju untuk memberikan kotak tersebut. Dengan perasaan cemas, Ia melihat Dhody yang baru saja menengokkan kepalanya ke arah Josephine. Lalu, Josephine kembali menengok ke arah Fahra berada.
“Jangan coba-coba kamu mengambil tongkat tersebut! Atau nyawa pacarmu yang menjadi taruhannya!” Fahra untuk kesekian kalinya mengancam.
Dibelakang Josephine, Dhody masih mengangkat kedua tangannya setinggi bahu. Dia hanya bisa melihat Josephine dari tempatnya berada.