… Satu jam sebelumnya …
“Yo. Kini kau mati di tanganku. Kau pikir kau bisa menipuku dengan cerita palsumu itu?” Bb berbicara kepada mayat Bosnya yang telah Ia bunuh. Bb injak kepala Bosnya itu yang sudah tidak bernyawa. “Aku mengetahui semuanya. Ayahku mati akibat kecelakaan di jurang. Keparat sialan itu membawa istri dan anaknya, yaitu Aku, untuk bunuh diri bersama.”
Aldo yang tidak terima Ayahnya dibunuh seperti itu oleh anak asuhnya sendiri, mulai menembaki Bb yang pengawasannya sedang berkurang. Aldo gunakan pistol yang Ia selipkan di antara pinggiran celana dan pinggang bagian belakangnya. Hanya ada dua belas peluru di dalamnya. Bb yang hanya menggenggam pisau sepanjang tiga puluh centimeter di samping mayat Bosnya, mengetahui Aldo yang sedang menodongkan pistol di belakangnya.
Dengan kemampuan Bb menggunakan pisau, Ia memutar badannya dan langsung menghalau peluru-peluru yang Aldo tembakan dengan pistolnya ke arah Bb. Aldo gagal menggunakan beberapa peluru pertama, enam peluru, untuk membunuh Bb. Peluru-peluru itu dihalau semua oleh Bb hanya dengan menggunakan pisaunya.
Senyum terpaut di wajah Bb. Ia baru saja meremehkan Aldo dengan senyumannya tersebut.
“Kau pikir kau bisa membunuhku!”
“Keparat! Kenapa kau melakukan ini, Bb? Kau benar-benar tidak tahu terima kasih!”
“Itu bukan urusanmu. Aku hanya senang saja bisa menghabisi biadab ini!” Bb dengan bangga melakukan hal itu. Pisau yang Ia gunakan tadi, Ia masukkan ke dalam sarungnya yang menggantung di pinggang sebelah kanannya. Ia ambil pisau lain yang dimilikinya yang Ia gantung di paha kaki kirinya. Aldo yang melihat Bb sedang mencoba mengganti pisau, Ia gunakan dua peluru untuk menembaki pria yang ada di depannya itu.
Tetapi, bukannya darah yang keluar dari Bb, malah senyuman sinis yang keluar dari wajah Bb. “Please. Don’t bother! Dan jangan memanggilku dengan nama itu, sialan!” Bb lemparkan pisau-pisau kecilnya, sepanjang lima belas centimeter ke arah Aldo. Pisau-pisau Bb lemparkan berturut-turut.
Aldo yang tidak bisa menghindari serangan kejutan tersebut, membuatnya harus menerima luka sayatan akibat pisau-pisau yang melewati tubuhnya. Pisau-pisau tersebut tidak ada yang melukai titik vital dirinya. Bb melemparkan pisau-pisau tersebut untuk bermain dengan Aldo terlebih dahulu sebelum dia membunuhnya di akhir.
Dengan luka di sekujur tubuhnya, Ia menembaki Aldo dengan sisa pelurunya. Peluru-peluru itu menghantam rompi anti peluru yang Bb kenakan. Hanya satu peluru yang berhasil melukai Bb. Peluru itu bersarang di pahanya. Ia terjatuh di tempatnya berdiri.
Aldo yang melihat kesempatan itu, berlari meninggalkan Bb yang sedang terluka. Pergi menuju satu-satunya pintu keluar yang ada di ruangan tersebut. Bb yang tidak terima, mengambil pisau dari pinggangnya dan melemparkannya ke arah Aldo berlari. Tetapi, tidak cukup cepat untuk melukai Aldo lebih banyak lagi. Aldo berhasil kabur melewati pintu tersebut. Pisau yang dilemparkan Bb hanya tersangkut di pintu besi yang tertutup itu.
“BEDEBAH!”