Tara di awal sebenarnya tidak begitu serius dengan masalah yang temannya alami karena mengira paling hanya perkara sepele perempuan seketika langsung berubah haluan. Kedua matanya terbelalak dengan mulut sedikit terbuka. “Hah…? Are you seriously?!”
Wanita berambut pendek yang tadi tenang seketika sekujur tubuhnya gemetar dan tampak sangat ketakutan. “Nggak… Nggak mungkin aku main-main sama hal seperti ini, Tar.”
“Apa kamu udah ngelapor ke polisi?” tanya Tara sambil mendekatkan bibir ke wajah Rena.
Ia menjawab dengan gelengan kepala. Lantas berkata, “Memang melakukan itu juga apa gunanya? Emang apa yang bisa mereka lakukan buat aku? Alih-alih ngebantuin kenapa aku malah merasa mereka hanya akan minta aku kembali saat hal lebih buruk udah terjadi atau saat aku sudah mati, ya?” tanyanya balik dengan pemikiran yang berasal dari pengalaman nyata berurusan dengan para pihak berwajib negara.
Tara segera membalas untuk meluruskan penyimpangan yang tampak muncul di kepala Rena entah karena apa. Mungkin kekhawatirannya yang berlebihan. “Sebentar, sebentar, sebentar, Ren! Kalau ada orang asing yang mendatangi kamu tengah malam itu berarti sudah red flag sekali, lho. Itu tindak kejahatan dan bisa jadi orang itu punya niat nggak baik ke kamu. Kalau kamu punya bukti akan gangguan itu. Pihak berwajib pasti nggak bisa ngelak untuk menangani masalahmu.”
Rena kembali menggelengkan kepala. “Aku nggak bisa melakukannya.”
Tara bertanya, “Kenapa?”
“Aku takut banget, Tar,” jawab Rena sambil memegang kedua lengan bagian atas pria di depannya dengan raut wajah ketakutan serta khawatir. Mendadak ia menoleh ke kiri dan kanan. Seolah memastikan tak ada ancaman di sekitar sana.
Tara mulai menyipitkan kedua mata karena menyadari memang ada yang tak beres dengan Rena. Tapi, ia tak tau pasti bagaimana harus bersikap saat menghadapi situasi seperti ini. “Boleh aku tanyain satu hal?” ia bertanya dengan intonasi sedikit ragu.
“Apa?”
“Ini… kamu beneran, ‘kan?”
Rena langsung merengut tidak terima. “Hah? Maksud kamu apa?” tanyanya balik.
“Maksudku, ya, kamu nggak lagi mabok atau ngobat kan saat mengalami peristiwa itu? Habis ucapan kamu terdengar sedikit… sulit dipercaya?”