TTM

Arslan Cealach
Chapter #7

Terbalik dan Terjungkal

Regina Adinda Lestari atau yang kerap dipanggil Rena baru saja kembali ke kota besar di mana ia lahir dan tumbuh besar sampai lulus SMP karena sebelumnya ia harus menyelesaikan pendidikan SMA di kampung tempat sang ibu berasal. Kita sebut saja kota kecil itu sebagai Kota P.

Banyak hal buruk terjadi dalam hidupnya sejak kecil karena masalah keluarga yang datang silih berganti tanpa tubuh kurusnya bisa toleransi. Membuat ia tumbuh besar jadi seseorang berjiwa lemah, tidak punya kepercayaan diri, mudah putus asa, kerap merasa bimbang, dan seringkali tak miliki keberanian untuk mengupayakan apa pun.

Meskipun nama Regina Adinda Lestari memiliki makna “Penguasa Perempuan yang Abadi”. Apa yang abadi dalam hidup pemilik nama indah itu hanyalah penderitaan dan masalah hidup.

*

Suatu hari, klek klek klek. Terdengar suara kunci pintu gerbang dari rumah sederhana yang ia tinggali seperti coba dibuka dari luar. Rena yang sedang sibuk mencari lowker lewat smartphone di kamar besar rumah itu yang terletak di bagian depan langsung mendirikan tubuh untuk melihat siapa yang datang. Tampak pria bertubuh pendek yang naik motor membawa seorang gadis remaja.

Dgub dgub dgub. Jantungnya berdegub kencang penuh kemarahan kala menyaksikan hal itu. Tak lama kemudian tanpa salam atau hal yang menunjukkan sopan santun ala manusia yang beradab lain. Pria itu menggedor-gedor pintu dengan kasar karena tak bisa membuka kuncinya dari luar. DOKK DOKK DOKK. “REGINA, REGINA, REGINA, CEPAT BUKA PINTUNYA!”

Wanita itu berjalan pelan menuju pintu ruang tamu dan mencopot kunci yang tertempel di lubangnya tanpa membuka pintu. Setelah itu ia berjalan kembali ke kamar depan untuk melanjutkan kegiatan mencari lowker.

Masuklah pria tua itu bersama anak gadis berambut lurus yang ia bawa. Segera menuju kamar tempat Rena sedang beraktifitas.

Pria itu tanpa menunjukkan sopan santun khas manusia modern. Segera mengambil remot pendingin ruangan dan menyalakan AC. Setelah itu berkata pada putri pertamanya yang sedang duduk selonjoran di atas kasur ukuran double bed, “Keluar kamu! Pindah sana ke kamar belakang!” perintah pria tua bertubuh pendek yang menggunakan peci itu padanya sambil mengarahkan jempol ke arah bagian belakang rumah.

Lihat selengkapnya