“Wah, anjir, ke mana lagi ini, ya?” tanya Tara entah pada siapa saat mobil yang ia kendarai sudah sampai di sebuah persimpangan besar yang sebelumnya sudah Rena katakan. Ia lihat ke arah jam tangan yang melingkari pergelangan tangan kiri. Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam lebih dan suasana di sekitar sana sudah sangat sepi.
“Gila, sudah naik mobil lewat jalan tol saja masih sejauh ini. Tidak terbayang seberapa tua dia di jalan kalau naik angkutan umum,” pikirnya sambil melirik Rena yang… yak, sudah tidak sadarkan diri.
“Aduh, mau bangunin nggak enak, tapi kalau nggak dibangunin aku cuma dikasih tau jalannya sampai sini,” keluhnya bingung sambil memonyongkan bibir dan menaruh dagu di atas kemudi.
“Berpikir… berpikir… berpikir…” Tara coba menirukan ucapan khas salah satu karakter dari kartun yang ia tonton saat kecil dulu, Jimmy Neutron.
Setelah menimang beberapa saat akhirnya ia memutuskan menggoyang salah satu pundak wanita itu. “Jeng, Jeng Rena, udah sampai kita. Ke mana lagi ini?” tanyanya.
Dalam waktu singkat Rena langsung membuka mata dan berusaha menegakkan tubuh. “Ya Allah, akhirnya aku malah ketiduran juga. Gimana? Gimana? Di mana kita? Nggak kamu apa-apain kan aku?” tanyanya linglung sambil berusaha memperhatikan sekitar.
“Kamu suruh aku ngapain sih sebenernya? Anjir, lah,” respon Tara sambil berwajah datar.
“Oh, dari sini belok kiri, Tar. Terus lurus sampai pertigaan. Habis itu di depan rumah sakit umum yang besar itu belok ke kanan, ya. Lurus lagi nanti…”
“Udah, nanti aja. Kamu udah bangun ini, ‘kan? Apa mau tidur lagi? Masih jauh kah ini?” tanya Tara sambil kembali melajukan kendaraan dengan tampang bosan.
“Nggak, kok,” jawab Rena sambil berusaha menyembunyikan mulut yang menguap.
“Boljug ya kamu pulang pergi ke kantor sejauh ini tiap hari naik bus kota,” ucap Tara, entah memuji atau malah sebaiknya.
“Emang,” balas Rena dengan suara lemas. Ia tempelkan kepalanya di kaca jendela sambil melihat pemandangan malam daerah sekitar tempat ia tinggal sejak kecil. Cukup gelap dan sepi meski ada beberapa warung tenda pecel lele yang masih buka. Dan juga sebuah pom bensin di dekat sana.
“Kenapa kamu nggak ngekos aja deket kantor, sih? Walaupun kos-kosan daerah sana emang sedikit pricey. Kayaknya cukup worth it deh kalau dibandingkan dengan jauhnya jarak ini.”