Pertemuan dan perkenalan dengan Tara awalnya adalah sesuatu yang sama sekali tak ia bayangkan bisa berkembang jadi hubungan seperti ini. Mungkin memang tak ada kisah cinta bersemi atau hal romantis lain terjadi di antara mereka. Tapi, kebahagiaan Rena bisa mengenal Tara membuatnya sangat bahagia sampai merinding sendiri.
Tak banyak hal baik terjadi dalam hidup Rena. Sampai yang ada dalam pikirannya tiap pulang ke rumah di malam hari hanyalah ulangan dari semua kejadian buruk itu. Apa yang ayahnya lakukan saat ia kecil. Sampai apa yang pria itu lakukan lagi setelah ia beranjak dewasa. Semua kejadian buruk yang hanya untuk mengingatnya saja akan membuat ia terkena serangan panik.
Di malam yang sama seperti malam-malam sebelumnya ini. Apakah tamu tengah malam itu akan datang lagi?
*
Jglek.
“Assalamualaikum,” salamnya saat membuka pintu dan masuk ke dalam rumah.
Dalam kesendirian ia membayangkan lagi saat Tara duduk di sofa dan asyik menikmati mi instan racikannya yang dipuji enak. Duukh. Ia dudukkan tubuhnya di lokasi yang sama tempat Tara duduk waktu itu. Membayangkan alangkah indahnya apabila hal demikian bisa terulang.
Tapi, segera kembali ia tegakkan punggung. Menyingkirkan segala macam ekspektasi tidak realistis yang takkan pernah terjadi. Ia sama sekali tidak merasa pantas untuk dambakan hal seindah itu terjadi dalam hidup.
Klek klek klek.
Deg. Jantung Rena langsung berdetak lebih cepat saat mendengar suara kunci pagar yang dibuka. Nafasnya sesak dan cukup kesulitan saat ingin menggerakkan tubuh. Saat ia beranikan diri mengintip ke luar jendela. Tampak ternyata itu suara terbukanya pintu pagar tetangga sebelah.