TTM

Arslan Cealach
Chapter #17

Memutuskan

Jantung Tara hampir copot saat melihat laki-laki di luar mobilnya di jam seperti ini. Tapi, alih-alih membiarkan ketakutan tak beralasan terus menguasai diri. Ia memilih menurunkan kaca mobil.

“Malam, bro. Kamu sendiri ngapain jam segini di luar? Pasti habis dugem dan main cewek, yah,” tanya Bram balik. Bukan bertanya, sih. Tepatnya menuduh.

Pria itu tanpa izin langsung membuka kunci pintu mobil Bram dan nyelonong masuk. Ia pukul ringan kepala pria yang duduk di kursi pengemudi, plaak. “Sembarangan. Aku tuh bukan kamu, ya.”

“Lhaa, kapan coba laki-laki sholeh yang rajin sholat dan puasa sunnah kayak aku ngelakuin maksiat kayak gitu? Sembarangan,” balas Bram tersenyum kecil.

“Habis lembur aku. Capek banget, sih. Tapi, demi menikahi ayang. Apa pun akan aku lakukan,” ucap pria dengan penampilan khas pegawai kantoran laki-laki yang habis lembur itu; kemeja berantakan dan dasi yang sudah tidak jelas bentuknya.

“Haaaaahhh,” Bram menghela nafas panjang.

Pria itu tentu bingung. “Kenapa malah menghela nafas? Bukannya buruan jalan. Aku duduk di sini niatnya mau nebeng sampai dalam tau.”

“Enak yah bisa ngomongin pernikahan semudah itu, Nar. Walau mungkin memang ujian ekonominya tidak mudah, tapi paling nggak kan calonnya sudah ada dan tinggal naik pelaminan. Rasanya jadi rada iri, deh,” respon Bram.

“Bram, omonganmu kenapa kayak laki-laki impoten, sih?” tanya Nardi dengan wajah cemas pada teman satu kosannya. “Kamu lho ganteng dan kelihatannya cukup mapan. Bisa-bisanya ya ngomongin hal kayak gitu di depan sandwich generation dengan tampang pas-pasan kayak aku.”

“Kamu nggak pas-pasan tau, Nar. Kamu itu cakep,” puji Tara sambil menempelkan dagu di atas setir dengan intonasi datar.

Pria bertubuh pendek dengan kulit sawo matang, hidung tak begitu mancung, dan wajah yang memiliki banyak jerawat serta bekasnya itu menjawab, “Hei, geli ya aku dipuji sama cowok good looking nggak tau diuntung sepertimu. Gak bakal dapat apa pun juga kamu meski muji aku.”

“Malam ini aku boleh nginap di kamarmu gak, Nar?” tanya Bram. Bersiap menyalakan lagi kendaraannya.

Dengan cepat Nardi menjawab, “KAGAK. Malam ini aku mau sleep call dulu sama ayangku, ya.”

Bram mengunci pintu dan mulai menggerakkan mobilnya. “Ada mi instan dan kornet gak di kamarmu? Buatkan aku satu, ya.”

“AKU BILANG NGGAAAK!!!”

*

Dan begitulah awalnya sampai bagaimana Bram kini berada di kamar Nardi yang merupakan salah satu tetangga terdekatnya di kosan ini. Karena Nardi menolak memasakkannya mi instan. Alhasil ia pun memasak sendiri sekaligus memasakkan untuk tuan rumah.

Lihat selengkapnya