TTM

Arslan Cealach
Chapter #24

Memang Siapa?

Marah? Kesal? Merasa terhina? Tentu saja. Gajinya di kantor itu sebagai Client Relationship Manager atau Manajer Hubungan Klien bahkan lebih besar dari gaji akuntan biasa seperti pria yang habis mempermalukannya. Dengan sikap yang baru ia terima, bagaimana pandangan pegawai lain yang menyaksikan itu padanya ke depan nanti?

“Gila. Berani ya dia memperlakukam gue kayak gitu di hadapan banyak orang. Harusnya dia bersyukur karena diajak ngomong duluan sama gue. Dia pikir dia siapa di kantor ini? Sialan. Ini nggak boleh dibiarin,” ucap wanita itu di hadapan cermin toilet berbentuk oval yang membingkai penampilannya. Penampilan yang selalu on point dan cetar membahana bagaimanapun kondisi menerpa.

*

Saat jam istirahat makan siang. Nadia yang sedang sangat bad mood bersama teman-temannya pergi ke mall yang sedikit jauh dari kantor mereka untuk menghindari pertemuan dengan orang-orang tak diharapkan. Setelah makan dan menceritakan kejadian menyebalkan yang baru ia alami. Teman-temannya langsung memberi beberapan respon dan juga saran.

“Bram itu kalau nggak salah akuntan yang baru masuk kurang lebih setahun lalu, ‘kan? Tumben banget lu naksir sama anak kemarin sore,” komentar sekaligus ledek seorang teman bernama Saras.

Temannya yang lain menambahkan, “Walau jarang berinteraksi, gue tau dia. Emang ganteng dan menarik dalam banyak aspek. Badannya juga tinggi dan bagus. Tapi, kayaknya dia tipikal terlalu alim buat lu deh, Nad. Kayak yin dan yang aja kalian kalau bersatu.”

Nadia segera membalas, “Saras, Nida, kalian kayak gak kenal gue aja. Gue itu kalau sampai ngincer seorang cowok duluan pasti udah cek ricek kroscek,” usahanya membela diri.

“Emang gimana? Walau ganteng, tapi kok gue rasa nggak ada yang menarik dari dia, ya? Kayak flat aja gitu. Hidupnya keliatan terlalu lurus dan ngebosenin. Pasti tipikal cowok patriarki yang cuma cari istri buat di rumah doang jadi babu dan ngurus anak,” tanya Saras sarkas.

Nida ikut berkomentar, “Respon Saras yang hidupnya nggak seliar lu aja cuma begitu soal Bram. Gue jadi penasaran apa yang sebenarnya lu lihat dari dia sampai berani bertindak seagresif ini duluan.”

Nadia mengambil nafas dan menghembuskannya, “Haahh… huff. Sebenernya gue pengen hijrah sih dari kehidupan selama ini. Gue di usia sekarang juga lebih mendambakan pria matang yang baik dan hidupnya lurus. Ya kayak Bram itulah.”

Lihat selengkapnya