Selama ini kan sepertinya aku yang lebih banyak cerita. Aku bersikap seolah masalah hidupku paling berat di dunia. Padahal aku nggak tau bagaimana dengan kamu sendiri. Apa yang kamu rasakan dalam hidup? Bagaimana situasi kadang jadi menyebalkan dan nggak bisa kamu kendalikan. Apakah kamu juga punya seseorang yang bisa jadi tempatmu berkeluh kesah dan bersikap lemah?
Ingatan soal ucapan Rena benar-benar setia mendampingi sisa harinya dan membuat semua jadi terasa makin suram. Sebenarnya itu ucapan yang sangat bagus, bukan? Menunjukkan Rena bukan perempuan egois. Yang terlalu berusaha mendominasi seperti mayoritas perempuan yang… entah bagaimana bisa jadi pacarnya selama ini. Bukankan sangat bagus?
“Iya, emang bagus. Malah bagus banget sampai aku ngerasa bakal makin nggak mungkin bisa dapetin dia. Aku ngerasa diriku terlalu self-oriented dan acuh gak acuh sama lingkungan. Selalu coba bermain aman karena takut sama resiko kegagalan. Bukan karena aku beneran orang baik. Hal itu bukannya malah bikin aku jadi seseorang yang sangat parah, ya?”
“Heh, mau nginap di kantor kamu?” tanya Hendra dengan intonasi bercanda saat melihat tetangga kubikelnya diam saja seperti pertapa meski jam pulang kerja sudah lewat cukup lama.
Terlalu tenggelam dalam imajinasi soal ini dan itu yang sebenarnya belum tentu terjadi. Tanpa sadar membuat ia lupa jika waktu pulang sudah tiba. Malam ini pokoknya ia berniat menunggu Rena selesai dari pekerjaannya agar bisa diajak pulang bersama. Sebagai ganti karena tak bisa menjemput dari rumah sakit seperti yang sebelumnya ia janjikan. “Ah, benar juga, Bang Hen. Aku harus cepat keluar ini.”
“Bram,” panggil Nadia dari luar pintu ruang akuntansi tempatnya berada.
“Ada apa, Mbak Nadia?” responnya cuek sambil melihat jam tangan. Tak ingin menyembunyikan gestur buru-burunya.
“Anak-anak sekantor pada mau karaokean, nih. Dibayarin sama Bos, kok. Rekreasi aja kita,” beritahu Nadia. Walau tentu saja tidak begitu. Acara itu hanya akal-akalannya.
Bram segera menoleh ke arah Hendra yang berekspresi datar dan bertanya, “Kamu mau ikut, Bang Hen?”
Glukh. Setelah menenggak ludah ia menjawab, “Kalau diajak kayaknya ikut aja, deh. Daripada burn out kerja mulu dah kayak orang bener aja. Lagian kita juga gak sering kan bisa ngehabisin waktu senang-senang sama temen-temen kantor?”