TTM

Arslan Cealach
Chapter #29

Terhimpit Bagai Sandwich

Masyarakat idiot yang banyak berkembang biak di negara ini zaman sekarang percaya jika seseorang good looking atau memiliki penampilan baik maka separuh masalah hidupnya akan selesai. Gue yakin mereka mengatakan hal semacam itu karena mereka sendiri gak good looking dan gak punya daya juang. Itu kenapa mereka seenaknya ngasih tanggung jawab atas kehidupan susah mereka ke orang-orang yang terlahir cakep. Padahal mah nggak semua orang yang mereka lihat sekarang rupawan itu terlahir hanya dengan nasib baik!

*

Nadia diberi nama seperti itu karena kedua orang tuanya terinspirasi dari nama model Australia keturunan Batak bernama Nadya Hutagalung. Dengan nama seperti itu mereka berharap putrinya akan jadi perempuan cantik dengan karir mentereng seperti tokoh yang mereka harapkan. Namun, seperti kata William Shakespeare, apalah arti sebuah nama? Nama hanyalah nama.

Walau mewarisi sedikit bakat elok dari Nadya Hutagalung seperti yang orang tuanya inginkan. Apa yang tersisa dari diri Nadia Diraya hanyalah kehidupan berat penuh perjuangan.

Gawai yang kerap berdering saat malam menunjukkan panggilan dari orang tuanya seringkali jadi tamu tak diundang yang merusak semua kejadian baik satu hari terakhir. Dadanya akan langsung berdetak lebih kencang. Perasaan kesal yang tak seharusnya muncul tanpa bisa dikendalikan. Sungguh menyebalkan harus merasakan sesuatu seperti itu pada orang tua sendiri.

“Sebenarnya mereka nggak seburuk itu, sih,” pikirnya sambil untuk beberapa detik diam saja mengamati layar gawai yang bergetar. “Tapi…”

Dengan berat hati ia angkat telpon itu dan siap membuang semua sifat buruknya, “Assalamualaikum, Bu.”

“Waalaikumussalam, Nad. Gimana kabar kamu?” tanya wanita di seberang sambungan basa-basi. Terdengar senang saat bisa mendengar suara putri sulungnya.

“Alhamdulillah baik, Bu. Ibu sendiri bagaimana?” tanyanya balik. Tetap setia melakukan percakapan pembuka template yang sudah sangat basi itu meski sedang sangat lelah.

Lihat selengkapnya